Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian dalam Omong Kosong

3 Agustus 2021   17:00 Diperbarui: 3 Agustus 2021   17:02 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat sosok yang terbaring dalam peti mati apa yang akan terpikirkan? 

Ini pertanyaan saya pada anak ketika sama-sama untuk melihat untuk terakhir kali sosok yang terbaring kaku dalam peti mati. Sosok itu adalah kakeknya atau mertua saya. 

Yang pasti ada kesedihan, tetapi dengan cara yang berbeda mengungkapkannya. 

Ada air mata atau sesak di dada. Bisa juga dengan wajah menahan kesedihan mendalam tanpa berkata-kata. 

Anak saya menjawab kesedihan ada karena terbayang akan kenangan-kenangan bersama sang kakek selama hidupnya. Tentu kenangan nan indah karena selama ini setahun hanya bisa sekali atau dua kali berjumpa. Ada jarak dan lautan yang memisahkan. 

Ia balik bertanya sama dengan pertanyaan saya padanya. Sebelum  menjawab, sepertinya ia  bisa membaca pikiran saya. Ternyata apa yang dikatakan kurang lebih sama seperti apa yang ingin saya jawab. 

Apa jawabannya? 

Ya, saya mengatakan melihat sosok yang terbaring dalam peti mati itu yang terbayang suatu hari saya pun akan terbaring di situ dengan kondisi yang sama. Terbaring kaku.

Ini kenyataan. Keniscayaan yang pasti akan dialami oleh semua anak manusia yang hidup di dunia. 

Tidak ada kekuasaan atau kekuatan apapun sampai saat ini yang dapat menolak kenyataan ini. Jadi, mau atau tidak mau semua harus menerima dengan ikhlas atau penuh ketakutan. 

Segala yang terlahir akan mengalami kematian pada waktunya. Segala yang berbentuk akan hancur ketika saatnya tiba. Inilah kebenaran yang tak terbantahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun