Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan: Diam, Mendengarkan, dan Memberikan Nasihat

28 Juli 2021   23:02 Diperbarui: 28 Juli 2021   23:24 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : postwrap/cartoonpictures 

Bersedia menemani 

  • Memberikan kata penguatan ketika diminta 

  • Sekadar pengalaman sendiri dan saya percaya hal ini saya tidak sendirian mengalami. 

    Mau Mendengarkan

    Saat dalam kesedihan dan duka menimpa yang dibutuhkan selain kata-kata penguatan ada yang bersedia mendengarkan setiap ungkapan isi hati kita. 

    Bersedia mendengarkan tanpa banyak bicara justru menjadi sebuah kekuatan. Terlalu banyak kata yang terucap, malahan mengganggu pikiran dan menjadi beban.

    Saya merasakan  hal ini, saat duka menimpa yang saya hanya membutuhkan mau didengarkan tanpa perlu dibantah. 

    Dalam kesediaan mendengarkan ini kita akan dapat memahami kebutuhannya. Oleh sebab itu dikatakan ketika kita terlalu banyak bicara membuat kita tidak tahu harus melakukan apa. 

    Memahami hal ini menjadi pemelajaran buat diri saya sendiri. Ketika bertemu dengan teman atau saudara yang sedang berduka untuk berusaha menjaga kata. 

    Memberikan pelukan atau menyentuh bahunya dengan lembut adalah bahasa yang menguatkan. Bisa juga dengan tatapan yang meneduhkan. Sederhana sekali, bukan?

    Bersedia Menemani

    Sebagai bagian dari keluarga atau seorang teman yang baik tentu kita akan berusaha menghibur dan memberikan perhatian yang tulus. 

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun