Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dimusuhi Geng Sendiri, Omong Kosong Apa Pula

1 Mei 2021   06:37 Diperbarui: 1 Mei 2021   12:06 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: pixabay.com, salah satu model geng musik

Katedrarajawen  _Bagaimana ceritanya bisa dimusuhi anggota geng sendiri? Pasti ada apa-apa. Apakah karena penghianatan? Ikuti kisah berikut ini. 

Sesama anggota geng mestinya kompak dan sehati. Suka dan duka tetap bersama. Senang dan susah saling merasakan. Apakah saat melakukan hal yang tidak benar harus bersama?

Sebagaimana  anak sekolah biasanya memiliki geng karena kesamaan dalam berbagai hal. Misalnya sama-sama  suka nongkrong, main musik, atau bahkan tawuran. 

Gini-gini sewaktu sekolah di STM saya juga punya geng. Cowok semua dari berbagai etnis dan agama. 

Acaranya paling  keluyuran bareng, kumpul di rumah teman satu geng secara bergantian --yang paling sering di rumah teman yang ada pohon buah jambu dan mangga. Makan, ngobrol, tapi herannya tidak pernah ada urusan belajar kelompok. Walau demikian kami pergi selalu setelah bubaran sekolah.

Suatu waktu entah 'kemasukan' apa teman-teman, hampir semua kompak bolos. Padahal gurunya ada. Mereka juga bolos tidak ke mana-mana. Tetap berada di lingkungan sekolah. Nongkrong. 

Di kelas hanya tinggal 5 orang. Salah satunya anak baik itu adalah saya. Teman-teman yang memilih bolos memaksa agar kami semua keluar ikut mereka sambil mengancam. 

Kami bergeming. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Tentu saja mereka marah mengutuk kami sebagai penghianat.  

Sebaiknya saya berusaha mengajak kembali ke jalan yang benar agar segera masuk ke kelas karena jam pelajaran akan segera di mulai. Ternyata mereka sudah bertekad baja untuk bolos sehingga ajakan saya bagai tong kosong nyaring bunyinya. Salah ya? Bagai masuk ke telinga kanan, keluar ke telinga kiri. Masih salahkah? Ya, anggap saja maksudnya begitu atau cari sendiri peribahasa yang cocok. 

Ketika guru yang mengajar datang hanya tinggal kami berlima. Proses belajar tetap berlangsung. Pak Guru memang kurang galak sehingga tidak banyak mempersoalkan tingkah laku teman-teman. Ini juga sebabnya teman-teman berani bolos. 

Apa yang terjadi kemudian? Akhirnya  kami berlima menjadi musuh bersama sekitar 35 murid lain. Kelas kami seharusnya adalah M4, maksudnya Mesin 4. Lalu kami disindir dengan nama kelas M4A. Kelas khusus kami berlima sebagai pembelot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun