Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sakit dan Kamar Kosong

18 Januari 2021   08:14 Diperbarui: 18 Januari 2021   08:30 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pixabay.com

Katedrarajawen  _17 Januari 2021

Bagaimana rasanya ketika mengalami sakit ada duit, tetapi tak bisa membeli kamar yang kosong untuk rawat inap keluarga yang sakit? 

Dua hari---9 dan 10 Januari 2021---saya selalu berada tak jauh dari ruang IGD sehingga apa yang terjadi bisa menyaksikan sendiri. Melihat. Tidak bisa berbuat apa-apa. Berpikir. Tetap takbisa apa-apa selain mencoba memaklumi kondisi yang ada. 

Orang sakit datang silih berganti diantar keluarga dan harus tertahan di depan ruangan. Pihak keluarga akan mendapat penjelasan, semua ruangan penuh. 

Pilihannya harus menunggu atau segera menuju rumah sakit lain. Jangan-jangan pula ketika datang mereka sudah berkeliling ke tempat lain. Jadi, akhirnya harus sabar menunggu. Takada pilihan lagi. 

Semua tergantung ketersediaan tempat kosong di dalam ruangan. Waktunya tidak ada kepastian. Tak heran bila sampai ada keluarga sampai bersitegang dengan perawat minta agar mendapat penanganan. Sementara mereka juga sibuk  menangani pasien lain. 

Ibarat kata ini bisa jadi adalah sudah jatuh tertimpa tangga terinjak pula. Sakit semua. Sabar, berdoa. Lama-lama bisa kesal juga. Mau bagaimana? Mengamuk? Bakal jadi masalah. Taktahu pula apalagi sambungan peribahasanya. 

Saya yakin untuk hari-hari berikutnya kondisi tak berbeda, selain pemandangan setiap pagi sudah antre mereka yang ingin tes swab yang biayanya antara Rp750. 000 sampai dua jutaan rupiah. 

Tentu selain harus rela antre pun perlu was-was menunggu hasilnya. Seperti yang saya alami, menunggu 24 jam saja terasa membosankan. Walau tetap meninggikan harapan. 

Saat ini sepertinya rumah sakit yang lebih ramai pengunjung daripada pusat perbelanjaan. Iyalah, karena tidak ada larangan orang sakit ke rumah sakit untuk berobat. Kalau  ke pusat perbelanjaan pasti akan dilarang. Takut jadi sakit. 

Melihat apa yang terjadi saat ini, waspada dan selalu menjaga kesehatan merupakan hal yang paling utama. Caranya? Tertib mengikuti protokol kesehatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun