Bisa jadi demikian. Saya pikir guna-guna itu  berupa kebersamaan sehingga bisa saling mengenal dari berbagai acara yang diadakan pengelola kompasiana.Â
Artinya semua kebersamaan itu bukan hanya di dunia maya, tetapi bisa berwujud di dunia  nyata. Jarang-jarang ada, bukan?Â
Kebersamaan  itu bukan hanya dengan sesama penulis di Kompasiana yang disebut Kompasianer di Jakarta saja. Bukan juga hanya yang ada di Indonesia, tetapi dari mancanegara. Bertemu secara langsung bertatap muka. Ditraktir makan pula.Â
Pernah ada yang baru pulang dari Vietnam, langsung mampir ke tempat kerja. Untungnya membawa oleh-oleh. Coba kalu tidak, paling saya  bersembunyi.Â
Pernah juga beberapa kompasianer langsung bertandang ke tempat kerja, mungkin ada yang saking kangennya mau bertemu. Bisa saja kompasianer itu fan berat saya hahaha...Â
Ada lagi sampai menginap di rumah, padahal sebelumnya hanya sebatas mengenal di kompasiana. Karena ia jauh-jauh datang datang Batam ada suatu urusan.Â
Yang heboh juga di acara Kompasianival ada  kompasianer yang minta izin untuk memeluk saya. Mana bawa istri lagi. Untung kompasianer ini sudah emak-emak. Paling saya sudah dianggap sebagai anak sendiri. Tidak masalah dong?Â
Coba kalau masih muda? Ya, paling saya bilang ke istri, sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Aman, kan?Â
Bahkan juga masih ada beberapa kompasianer atau sudah mantan? Mereka memang sudah tidak menulis lagi di Kompasiana. Sampai saat ini masih berteman baik. Setiap hari masih saling menyapa di Whatsapp. Malah kami ada membuat grup WA untuk tetap saling berkomunikasi.Â
Artinya pertemanan itu bukan hanya sebatas di Kompasiana atau selama masih menulis. Namun, semua pertemanan itu harus diakui  berasal dari kebersamaan di Kompasiana.Â
Mengalami semua ini, tentu saya merasa sangat bersyukur sekali sampai saat ini masih bisa terus menulis di Kompasiana dengan tujuan yang lebih pasti.Â
@12tahunkompasiana