Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Tangkap Kupu-Kupu, Tanamlah Bunga

29 Juli 2020   08:41 Diperbarui: 29 Juli 2020   09:25 4035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katedrarajawen  _Orang bijak berkata: Ingin memelihara kupu-kupu, jangan menangkap kupu kupunya, pasti ia akan terbang. Tanamlah bunga, maka kupu-kupu akan datang. Membentangkan sayapnya nan indah.

Jangan mengejar kebahagiaan ke mana-mana, tetapi tanamlah kebaikan dan kejujuran. Kebahagian demi kebahagian akan datang menghiasi kehidupan yang indah. 

Selama ini dunia mengajarkan kita mencari kebahagiaan, bila perlu sampai ke ujung dunia. Membayar berapapun harganya. 

Bahkan demi mendatangkan kebahagiaan dengan nyawa sebagai taruhan. Selalu ada pembenarannya. 

Kita mengira mengunjungi tempat-tempat indah akan mendatangkan bahagia. Itu sebabnya kita rela menjalani. 

Bahagia memang, tetapi sekadar luapan emosi. Seperti semilir angin, terasa sekejap, lalu tak ada lagi. 

Ada juga demi menemukan kebahagiaan dengan berburu makanan. Ada di mana makanan enak dicari. Menikmati dengan tertawa. Itulah bahagia katanya.

Kenikmatan hanya sebatas di lidah dan mulut. Setelah melewati  tenggorokan dan kerongkongan sampai ke usus. Tak ada nikmat lagi. 

Ada yang demi mendapatkan kebahagiaan, pergi mencari hiburan, hingga harus telat tidur. Saat di pagi hari bangun dengan loyo dan suntuk. 

Bahkan menang lotere dan melakukan kemaksiatan mengatakan mendapatkan kebahagiaan. 

Inilah dunia yang menjebak dan kita terlena di dalamnya. Lupa sejatinya bahagia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun