Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelita Hati yang Berdebu

9 Juli 2020   12:40 Diperbarui: 9 Juli 2020   12:44 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva /katedrarajawen

Katedrarajawen _

Pelita hati sudah lama tersimpan menyendiri di gudang nan sunyi. Hingga debu-debu sudah menutupi Sinarnya pun tak tembus lagi. Tak kuasa menerangi. 

Pelita sejati di dalam gelap gulita tubuh ini. Penuh kotoran tak ada peduli. Tergantikan terang duniawi. Yang lebih memberi warna-warni. 

Sang pemilik pelita hati. Lebih sibuk membersihkan apa yang dianggap lebih berarti. Tubuh dan benda-benda mati. 

Setiap hari sibuk mencari materi. Menghitung untung-rugi. Tak sadarkan diri. Tersesat pun tak mengerti. 

Pelita hati. Pelita nan abadi. Penerang untuk menuju jalan kembali. Menuntun untuk mengerti hakikat hidup ini. 

Namun lupa diri. Semakin jauh dari jalan yang semestinya dijalani. Duniawi lebih menggoda  untuk menghianati diri yang sejati. 

@refleksihati 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun