Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gebby Vesta dan Kejujuran

22 September 2019   07:16 Diperbarui: 22 September 2019   07:28 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : canva/katedrarajawen

Kejujuran itu menyakitkan. Begitu kebenaran yang ada. Itu sebabnya banyak orang berusaha menutupi dengan kebohongan. Kebenarannya, kebohongan itu pun menyakitkan.

Akhirnya, baru-baru ini Gebby Vesta, penyanyi, model dan DJ kelahiran Singkawang, 24 Mei 1986,  mengumumkan di Instagram bahwa dirinya seorang transgender. 

Walau beberapa waktu yang lalu membantah dan menyebut hoaks berita yang mengatakan dirinya transgender.

Selama ini ia menyembunyikan identitasnya, karena takut kehilangan pekerjaan. Namun kini, ia sepenuhnya meyakini bahwa rezeki itu sudah ditakdirkan Allah.

Gebby, sudah 6 tahun menjadi transgender. Selama ini berusaha menyembunyikan kebenaran ini. Terjadi perang batin di dalam diri. Jujur atau terus bersembunyi dalam kebohongan.

Kini, kejujuran itu membuat dirinya lega. Demikian Gebby merasakan. Setelah pengakuan ini, Gebby memutuskan pamit dari dunia hiburan yang telah membuatnya terkenal. Tidak ada kebimbangan dan ketakutan lagi.

Fokus mengurus orangtua dan bisnis menjadi pilihannya. Mengurus orangtua tentu sangat mulia sekali.

Sekali lagi jujur itu memang menyakitkan. Tidak setiap orang berani bersikap jujur dan siap menerima perkataan yang jujur. 

Walau bertentangan dengan suara hati ketika menyembunyikan kebohongan. Seringkali kita lebih takut akan kehilangan sesuatu yang kita anggap jauh lebih  berharga.

Berapa banyak di antara kita yang harus menyingkirkan nurani demi materi, usaha, pekerjaan atau eksistensi. Rela dijajah oleh kebohongan.

Menyimpan kebohongan, sejatinya menjadi beban yang menyiksa. Kenyataanya, ketika  berani jujur, maka seakan beban itu terlepas. Lega. Begitulah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun