Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melanggar Aturan

27 Juni 2019   15:30 Diperbarui: 27 Juni 2019   15:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Canva | katedrarajawen

Sebelum lebaran tahun ini, 2019. Saya ajak istri cek ke dokter kejiwaan. Karena mengalami sedikit depresi, sehingga susah tidur. Walau sudah minum obat tidur. Ada rasa cemas yang berlebihan.

Selain ke dokter, tentu lebih dahulu sudah ke Tuhan dalam doa dan pengharapan. Ke hipnoterapis juga. Selain itu sudah saya terapi pula dengan cara tertentu.

Namanya usaha, namun hasilnya lain bicara. Istri tetap mengalami susah tidur. Kondisi semakin lemah. Walau sudah mengkonsumsi obat dari dokter sekitar 10 hari.

Karena belum ada perubahan, saya berinisiatif konsultasi ke dokter kembali. Rujukan dari dokter sebenarnya tanggal 25, saat itu baru tanggal 10. Di bagian pendaftaran ditolak. Harus sesuai.jadwal, menurut perawat yang melayani. 

Aturannya memang begitu. Sebenarnya saya juga memaklumi, ia hanya menjalankan tugas. Ya, nasib pasien BPJS. Bisik dalam hati. Pasrah.

Tentu saya tidak mau menyerah begitu saja. Perawatnya belum tahu kalau saya ini tukang komplain. Saya malah disarankan untuk berobat dari awal dengan meminta rujukan dari klinik lagi. Macam apa pula ini?

Sebenarnya saya tidak mau repot lagi, mau daftar sebagai pasien umum saja. Beres. Namun apa salahnya usaha dahulu.

Saya minta solusi yang bagus. Jangan merepotkan dan membuat susah. Apalagi kondisi istri sudah sangat pucat.

Akhirnya disarankan ke bagian IGD. Mungkin itu cara untuk mengakali aturan. Kemudian saya mengutarakan masalahnya, ditolak di bagian pendaftaran.

Perawat di IGD menghubungi dokter yang bertanggung jawab. Cukup lama bicaranya. Ternyata boleh dan diijinkan. Balik lagi ke bagian pendaftaran.

Perawatnya sedikit bingung, "Bapak lagi?" Saya meyakinkan, kalau pihak Rumah Sakit sudah mengijinkan. Lalu ia menghubungi bagian IGD untuk memastikan.

Perawat itu meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Ia mengatakan kalau tidak sesuai prosedur ia tidak bisa membuka data-data di komputer. 

Ya, tentu saja saya maklumi. Karena saya juga membayangkan andai saya berada di posisinya. Sekadar menjalankan tugas dan tidak punya kuasa untuk mengambil keputusan.

Jadi, melanggar aturan tidak selalu sama dengan salah sama sekali. Dalam kondisi tertentu memerlukan keberanian dan keyakinan untuk melanggarnya. Apalagi dalam hal kemanusiaan dan nurani. 

Perlu fleksibel dan bijaksana menyikapi. Kecuali kalau tidak mau repot dan cuek dengan suara hati. Cukup katakan, "Aturannya memang begitu!" Selesai.

#Pembelajarandarisebuahperistiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun