Apakah orang-orang yang mengambil jalan melawan arah ada merasa salah dengan perilakunya?
Bisa tidak dan bisa merasa. Bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan tentu akan justru merasa benar apa yang mereka lakukan dengan segala pembenarannya. Karena terbiasa melakukan hal yang salah akan dianggap benar. Apalagi dilakukan bersama-sama.
Dari pengalaman membuktikan. Saya justru diteriaki kata-kata kasar ketika motor saya menghalangi jalan orang yang melawan arus. Ditegur semakin ganas, alih-alih ada perasaan bersalah.
Sebaliknya seringkali karena jalan saya terhalang oleh mereka yang melawan arah, ketika saya pandangi mereka, justru tatapan mereka lebih tajam. Pada pilihannya kendaraan yang sudah berada di jalur yang benar justru harus mengalah.
Baru-baru ini ketika berpapasan dengan orang yang melawan arah malah dikatai 'meleng' karena hampir bersenggolan,padahal sudah berada di jalur yang benar. Tidak sedikit pun tampak menyadari kalau ia yang salah dengan berkendara melawan arah.
Sebagaimana dengan fenomena melawan arah yang merasa tidak bersalah dengan segala pembenarannya, ditegur  malah tidak senang dan marah, sebenarnya juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari pada kasus yang lain.
Kita seringkali melakukan kesalahan dan berbuat dosa, karena sudah terbiasa melakukan akan kita anggap tidak lagi salah dengan segala pembenarannya. Satu contohnya berbohong dianggap tidak apa-apa dengan alasan begini dan begitu. Selesai.
Ketika ada yang menegur atau mengingatkan, biasa kita akan spontan menolak dan menjelaskan dengan kepintaran logika mengubah kesalahan itu seakan menjadi benar dan dapat diterima.
Adakalanya pula kita malah mencibir tatkala ada yang menegur atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Sebab tidak merasa salah atas kesalahan yang kita lakukan. Sudah salah, menyalahkan pula yang benar . Ya, beginilah dunia.
||Pembelajarandarisebuahperistiwa