Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbalik Arah

1 Maret 2018   20:19 Diperbarui: 1 Maret 2018   20:29 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbalik Arah 08:25:43 | 01 Maret 2018

Pernahkah kita salah arah jalan? Ketika berada kondisi jalan yang rumit dan membuat bingung akhirnya masuk jalur  yang salah. Bisa pula karena pikiran sendiri sedang tidak fokus, tidak sedikit orang yang melaju pada arah yang salah. Bisa jadi malah berlawanan arah, semakin menjauh dari tujuan.

Dalam kondisi demikian,  mungkin karena melihat petunjuk arah atau tersadar karena arahnya sudah salah ke tujuan. Apa yang dilakukan? Pasti akan segera berbalik arah. Kembali ke jalur yang benar.

Tidak mungkin akan dengan keras kepala terus melanjutkan perjalanan dengan mengatakan bahwa sudah terlanjur. Teruskan saja. Masa bodoh! Bisa dipastikan semuanya akan memilih berbalik arah agar segera bisa sampai tujuan.

Dalam kehidupan ini, tidak jarang kita mengalami kondisi yang sama. Salah mengambil keputusan. Salah berperilaku. Salah berbicara. Salah menulis. Salah bergaul dll.

Sejatinya dalam kondisi ini ketika kita menyadari kesalahan yang ada, kita segera berbalik arah kembali ke jalur yang benar. Jalur sesuai dengan tujuan hidup kita sesungguhnya.

Dalam mengambil keputusan menyangkut kehidupan misalnya. Tak sedikit yang karena bingung dan emosi memutuskan satu hal tanpa pikir panjang lagi.  Akibatnya banyak kerugian yang terjadi. Bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga pihak lain.

Ketika dalam kondisi pikiran jernih menyadari ada kesalahan yang terjadi, tentulah tidak salah untuk mengubah keputusan yang salah tersebut. Membutuhkan nyali dan keberanian tentunya.

Namun sayangnya, tak sedikit pula yang lebih memilih yang namanya gengsi dan harga diri. Akibatnya apa yang terjadi tentu tak perlu menuliskan lagi. Mungkin kita sendiri pernah mengalami dan merasakan sendiri atau kita yang menjadi saksi. Pasti memahami dengan jelas.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun