Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budi Pekerti dan Emosi

9 Februari 2018   11:21 Diperbarui: 9 Februari 2018   11:36 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Budi Pekerti dan Emosi 15:12:09 | 08 Februari 2018

Orang bijak berkata,"Seseorang dapat memahami dengan baik dan mempraktekkan kalimat 'Seni budaya dan budi pekerti yang luhur' dipastikan hidupnya sehat dan penuh berkah selamat sampai kiamat."

Seni budaya adalah kelembutan dan keindahan. Budi pekerti adalah kesadaran jiwa dan karakter kebaikan. Begitulah sederhana dalam pengertian.

Berapa banyak yang dapat memahami dan menjalani pada hidup kekinian?

Seni budaya dan budi pekerti yang luhur,  kini jadi pengetahuan dan keindahan dalam bertutur. Tetapi perilaku melacur dan takabur. Demi gelar dan jadi masyur.

Seni budaya demi kebebasan sudah berganti gaya yang utama. Melanggar norma pun tak apa. Budi pekerti sudah bersembunyi, berganti emosi.

Ya, kini emosi lebih menjadi identitas diri daripada budi pekerti. Emosi lebih di utamakan atas nama manusiawi. Bangga dan ditunjukkan tanpa  malu lagi.

Apa yang terjadi bila emosi yang jadi pegang kendali? Begitu mudah terprovokasi. Maki sana-sini. Saling menyakiti, main bunuh tak pakai risih. Berkelahi dan mengamuk begitu mudah terjadi.

Begitulah bila tak lagi berseni budaya dan melupakan budi pekerti. Ketika emosi yang jadi pengendali, lupakan akan sejati diri.

||Refleksiuntukmenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun