Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pisang Mentah

20 Januari 2018   08:29 Diperbarui: 20 Januari 2018   08:35 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pisang Mentah 22:12:55 | 19 Januari 2018

Ibu saya paling suka beli pisang kepok untuk digoreng. Saya juga termasuk penggemar pisang kepok. Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya kalau tidak dibawa kalong.

Belum lama ini waktu beliau belanja ke pasar ada bapak yang menawarkan pisang kepok jualannya. Sebenarnya pisangnya masih mentah. Tetapi bapak yang menjual menjamin paling 2 atau 3 hari sudah matang dan siap diolah.

Ibu beli satu sisir seharga Rp 10.000. Menunggu 2 atau 3 hari sudah terbayang enaknya pisang goreng istimewa. Tunggu punya tunggu 3 hari berlalu. Sampai seminggu pisang kepoknya belum juga berubah warna. Masih tetap hijau kulitnya.

Ketika ke pasar ketemu bapak penjual Ibu sedikit protes. Sekadar menyampaikan bukan teriak-teriak seperti orang sedang demo. Pisang kepok kesukaan matangnya tidak sesuai omongan. Merasa tidak enak dan tidak sesuai dengan janjinya, bapak itu hendak mengganti.

Sebenarnya Ibu tidak mengharapkan diganti, makanya beliau menolak. Ada rasa iba juga dan memaklumi kondisi bapak itu. Jualan pisang untung paling berapa? Ibu juga berpikir positif kalau tidak ada unsur untuk menipu dari bapak it

Andai tidak berpikir panjang dan jernih bisa saja Ibu saya marah-marah kepada bapak penjual pisang itu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi? Kalau bapak itu tidak terima? Ribut jadinya. Sebaliknya kalau ia menerima, pasti akan mendapat rasa malu. Hubungan selanjutnya pasti tidak baik lagi.

Dari kejadian ini bapak penjual merasa bersalah dan hendak mengganti, sementara Ibu saya memaklumi kondisi bapak penjual. Akhirnya sama-sama enak.

Dalam kehidupan kita banyak hal yang sebenarnya bisa kita selesaikan dengan baik-baik, namun tak sedikit kita memilih untuk berselisih dan berakhir dengan rasa tidak nyaman. Saling menyalahkan dan membela diri. Bahkan urusan pun bisa sampai ke pengadilan.

Tentu saja akhirnya hubungan jadi tidak baik. Sesama teman dan saudara jadi renggang dan tidak bertegur sapa hanya karena hal sepele. Lupa, kalau semua adalah saudara.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun