Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buya Hamka: Kalau Bekerja Sekadar Bekerja, Kera Juga Bekerja

15 Agustus 2013   18:02 Diperbarui: 4 April 2017   17:44 19658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja." >>Buya Hamka<<

Antara manusia dengan binatang tentu saja memiliki derajat yang berbeda. Walau sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Bedanya manusia memang makhluk yang istimewa karena dikarunia akal sehat dan kearifan.

Bukan insting saja yang ada. Untuk itulah manusia sejatinya memiliki derajat kehidupan yang berbeda dengan binatang.

Seperti yang dikatakan ulama besar, Buya Hamka: Kalau manusia hidup cuma sekadar hidup, babi pun bisa melakukannya.

Artinya kalau hidup cuma untuk makan dan tidur binatang pun bisa melakukannya. Sebagai manusia tentu mesti punya nilai lebih.

Hidup bukan untuk makan dan tidup. tapi makan dan tidur untuk hidup, agar dapat menjadi bernilai hidupnya bagi sesama.

Sebagai manusia, kalau bekerja sekadar bekerja. Apa bedanya dengan kera? Kera juga bisa bekerja dengan keahliannya. Kera bisa bekerja untuk manusia dengan memetik kelapa.

Apa yang dikatakan Buya Hamka memang terasa menohok. Kita sebagai manusia dengan segala pembenarannya bekerja sekadar mendapat imbalan.

Oleh sebab itu dalam bekerja kita kehilangan rasa. Seringkali keadaan yang menyebabkan kita berlaku demikian. Apalagi di tempat kita bekerja tidak ada apresiasinya. Yang rajin dan yang malas sama saja penghargaannya.

Apa artinya bekerja rajin dan sungguh-sungguh kalau hasilnya toh sama saja? Dalam kondisi ini keluguan dan semangat kita hilang. Bekerja jadi sekadar bekerja.

Secara logika kita anggap benar saja. Tetapi secara kejiwaan kita telah menyia-nyiakan potensi yang kita miliki. Pada dasarnya kita orang yang rajin dan bersemangat. Tapi rela memalaskan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun