Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada dan Harapan Masyarakat Indonesia

8 Oktober 2020   22:57 Diperbarui: 8 Oktober 2020   23:07 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lsisi.id

Bicara Pilkada, tentu berkaitan dengan Masyarakat, kenapa tidak? Karena jelas berhasil atau tidaknya suatu pelaksanaan Pilkada itu tergantung dari atensi masyarakat di daerah itu sendiri. 

Mengingat Indonesia menganut sistem Demokrasi yang mana setiap warga negara Indonesia berhak memilih dan dipilih selagi tidak menyalahi asas undang undang dasar 1945. 

Oleh karena itu diperlukannya peranan masyarakat dalan menjalankan suatu kontestasinpolitik yakni pilkada serentak. Karena pada akhirnya bagaimanapun Pilkada ini digelar sebagaimana tujuannya adalah oleh, dari,dan untuk masyarakat Indonesia itu sendiri karena yang akan merasakan dampak dari pilkada itu ialah masyarakat Indonesia.

Pilkada serentak sangat diwajibkan untuk diapresiasi karena jelas pilkada ini hadir sebagai upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari pelaksanaan pilkada secara langsung pada masa sebelumnya. 

Akan tetapi, nalar efektifitas yang mendasari pengaturan pilkada secara serentak perlu dikritisi agar tidak terjebak pada praktik demokrasi prosedural yang teknokratis-mekanistik. 

Penyelenggaraan Pilkada perlu tetap dipahami dan dimaknai sebagai momentum politik untuk menguatkan kontrol terhadap kebijakan publik akan pengelolaan urusan-urusan publik. 

Pemahaman pilkada serentak sekedar sebagai instrumen untuk memilih para kepala daerah akan menjadikan pilkada serentak sebagai praktek polotik yang mekanistik.

Implementasi dari Pilkada serentak juga akan timbul suatu pertanyaan tentang masa depan politik representatif. Terkait melemahnya legitimasi partai politik di mata publik seolah terkonfirmasi dalam pengaturan penyelenggaraan Pilkada yang menempatkan partai politik sebagai suatu alat atau roda kendaraan politik untuk mengajukan bakal calon. 

Tidak adanya batasan bahwa bakal calon merupakan kader partai politik atau bukan justru Pilkada ini sangat membuka peluang politik transaksional yang makin mengukuhkan peluang kekuatan masyrakat tanpa menjadi suatu kader partai politik untuk maju dan berkontestasi di dalam Pilkada Serentak.

Oleh karena itu, kita semua patut menyadari bahwasannya Pilkada ini merupakan momentum kebersamaan mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Adapun dalam pelaksanaannya di tengah pandemi yang dianggap persoalan, karena Pilkada dianggap akan menjadi klaster penularan covid, itu semua merupakan proses dialektika dalam kehidupan demokrasi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun