Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ngopi di Kafe Bisa, Kenapa Malas Nyoblos?

30 Juli 2020   08:46 Diperbarui: 30 Juli 2020   08:52 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Dok Kompas/Handining

Perilaku milenial jaman now dan kaum menengah ngehek: apatis sama politik, paling kencang kritik Pemerintah tanpa solusi, dan inkonsisten dengan apa yang dikritiknya.

SURVEI Charta Politika menyimpulkan tingkat partisipasi Pilkada 2020 diprediksi sangat rendah karena masyarakat takut datang ke TPS untuk menunaikan hak pilihnya disebabkan masih tingginya angka penyebaran Covid-19.

Survei tersebut menjadi pelecut bagi Pemerintah dan Penyelenggara Pemilu untuk menjamin kesehatan para Pemilih sehingga tidak ada rasa takut datang ke TPS.

Selain itu, menjadi ironi menjadikan Covid-19 sebagai alasan tidak menyalurkan hak pilih karena takut Pilkada menjadi klaster baru penyebaran Covid, sementara di sisi lain: mereka yang mendengung menolak Pilkada dan nyinyir kepada Pemerintah karena tetap menggelar Pilkada di tengah masa Pandemi dengan santuynya nongkrong berjam-jam di kafe, hangout ke mall sekaligus reunian dengan teman-teman.

Hello, jangan-jangan kejulidan anda selama ini menolak Pilkada, memprovokasi untuk Golput dan tidak datang ke TPS karena kelamaan di rumah membuat akal sehat terdisrupsi.

Ada juga yang selama ini cuek bebek dengan segala proses demokrasi dan hal-hal yang berbau politik alias menjadi golputers sejati dan memilih untuk golput akibat hilangnya rasa tidak perduli.

Padahal dengan memilih untuk apatis, tentu bukannya menyelesaikan masalah, namun menjadi masalah baru karena suara kelen yang seharusnya bisa memilih pemimpin yang lebih baik, menjadi kalah dengan jumlah suara orang yang memilih pemimpin karena politik uang, atau iming-iming sesuatu, bisa dipastikan kepala daerah yang menang karena itu dia akan mencari cara ketika sudah terpilih untuk mengembalikan modal politik. Dan korupsi adalah satu-satunya jalan yang sudah ada di otaknya.

Karena dengan hanya menerima gaji bulanan dan segala fasilitas sebagai Bupati, Walikota atau Gubernur, tidak akan cukup untuk mengembalikan ongkos politik yang mahal hingga berpuluh-puluh, ratusan Miliar bahkan Triliunan Rupiah.

Yang ada, gegara kamu golput, kelen akan merasa rugi di kemudian hari. Jadi, tentukanlah pilihanmu untuk masa depan yang lebih baik.

So, dengan menyalurkan hak suara kita, maka kita dapat menentukan siapa yang terbaik dan bisa diiberi amanah untuk membangun daerah. Bayangkan jika kita tidak memilih, maka selama 5 tahun ke depan kita pasti akan menyesal jika ternyata orang yang mempin daerah kita adalah sosok yang tidak tepat.

Ingat, dengan tidak GOLPUT, dan memilih pemimpin terbaik menurut hati nurani dan referensi yang kita ketahui untuk memilihnya, secara tidak langsung pasti ada manfaatnya, minimal pemimpin daerah yang kita pilih, dialah eksekutor kebijakan-kebijakan yang berdampak langsung dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun