Saya berkenalan dengan campursari beberapa tahun silam, tepatnya dalam sebuah perjalanan mudik bersama keluarga. Lagu-lagu yang dilantukan Sonny Josz terus diputar bolak-balik , side A – side B, di kendaraan yang membawa kami menuju Wonosari, kota kelahiran mertua saya. Awalnya saya merasa dicekoki, lha wong saya senang mendengar lagu pop atau rock, kok malah nyetel campursari.
Ketika dulu saya mendengar kata “campursari” yang ada di dalam benak saya adalah sejenis minuman khusus beraroma jamu. Ternyatacampursari adalah jenis musik yang memang campur-campur, ada tembang Jawa, keroncong, dangdut dengan iringan gamelan dan peralatan musik modern. Musik blasteran yang kini begitu merasuki masyarakat Jawa ini mudah dijumpaidi tengah hajatan pesta pernikahan ataupun acara paguyuban orang-orang Jawa.
Campursari memang mudah diterima oleh masyarakat luas tanpa menghapus identitas dari masyarakat pemilik musik itu sendiri. Saya kemudian menjadi bangga campursari menjadi musik yang memperkaya kesenian bangsa Indonesia.
Lama kelamaan mendengarcampursari, buat saya menjadi sangat mengasikkan karena liriknya sederhana, mudah dicerna,dan dekat dengan persoalanhidup sehari-hari. Meskipun besar dan tinggal di Jakarta, sebagai anak keturunan Jawa saya menguasai beberapa kosakata bahasa Jawa. Pun dengan mudah saya dapat mengartikan lirik-lirik lagu yang dilantunkan Sonny Josz. Sambil melihat keluar jendela saya tersenyum senyum sendiri sambil ikut menyanyikan lagu "Minggat".
Sri, kapan kowe bali
Kowe lungo ora pamit aku
Jarene neng pasar, pamit tuku trasi
Nganti saiki kowe durung bali
Sri, opo kowe lali
Janjine sehidup semati
Aku ora nyono kowe arep lungo
Loro atiku, atiku loro
Ndang balio.. Sri
Ndang balio…o
Aku loro mikir kowe ono ning endi
Ndang balio.. Sri
Ndang balio.. o
Tego temen kowe minggat ninggal aku
Kasihan si Bapak ini begitu nelongso ditinggal ibu Sri. Kenapa ndak lapor polisi saja Pak, sekarang sedang marak penculikan dan praktek cuci otak lho!