Mohon tunggu...
Kastrat IMS FTUI
Kastrat IMS FTUI Mohon Tunggu... Mahasiswa - #PRAKARSA

Pagi Sipil! Kastrat IMS FTUI kini hadir di Kompasiana untuk membagikan beberapa tulisan yang kami hasilkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Zero Waste: Solusi Permasalahan Sampah di Dunia

22 April 2021   07:49 Diperbarui: 22 April 2021   08:02 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Anjani Syarifa Putri

Sampah adalah materi yang sudah tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang telah dibuang yang berasal dari kegiatan manusia (White et al., 1995). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Seiring berjalannya waktu, sampah terus dihasilkan dan terakumulasi di bumi ini. Contoh langsung dari sampah terakumulasi adalah Pulau Sampah Pasifik Besar yang berukuran 1,6 juta km2 atau tiga kali ukuran wilayah Perancis (Lebreton et al., 2018) yang terus bertambah setiap harinya. Selain itu, sampah-sampah yang dihasilkan berbagai kota di dunia menghasilkan sekitar 1,3 miliar ton sampah per tahun dan diperkirakan akan meningkat menjadi 2,2 miliar ton pada tahun 2025 (Hoornweg & Bhada-Tata, 2012). 

Tren untuk menghasilkan sampah ini sebenarnya sudah terbentuk sejak awal fase masyarakat modern. Berdasarkan laporan dari Strasser et al. (1992), hanya sedikit sampah rumah tangga yang dihasilkan pada akhir abad ke-19 dibandingkan standar sekarang, sebab produk-produk yang didesain untuk dibuang setelah penggunaan yang singkat baru diproduksi pada abad ke-20. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya jenis sampah baru yang diproduksi pada waktu cepat dengan jumlah sampah yang diproduksi per tahun mencapai 4 miliar ton (Chalmin & Gaillochet, 2009) dan mendorong peningkatan konsumsi sumber daya alam. Jumlah sampah yang meningkat disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang didorong globalisasi, urbanisasi, dan meningkatnya kemakmuran (Krzemiska et al., 2019). Aliran sampah yang terus dihasilkan oleh masyarakat menjadi pencemar lingkungan yang mahal untuk dikelola secara berkelanjutan. Selain itu, rentang waktu produksi sampah yang meningkat akibat produk sekali pakai menekan pemerintah daerah untuk menyediakan tempat pembuangan sampah yang layak. Akan tetapi, peningkatan aliran sampah membuat pemerintah tidak mempunyai pilihan dalam penanganan limbah selain membuat tempat pembuangan akhir (TPA) yang mencemari lingkungan dan tidak efisien. Dalam rangka menyiasati jumlah sampah yang terus meningkat, konsep zero waste muncul sebagai solusi permasalahan sampah di dunia (Wen et al., 2009).

Pengertian Konsep Zero Waste

Menurut Zero Waste International Alliance, definisi dari zero waste sendiri adalah pelestarian berbagai sumber daya dengan sistem produksi yang bertanggung jawab, konsumsi, pemakaian kembali, pemulihan produk, pengemasan, dan material tanpa proses pembakaran serta tanpa pembuangan ke darat, air, ataupun udara yang dapat mengancam kualitas lingkungan atau kesehatan manusia. Konsep zero waste berarti merancang serta mengelola proses manufaktur secara sistematis guna mengurangi atau bahkan menghilangkan sampah yang dihasilkan dari siklus produk.

Popularitas zero waste terus berkembang seiring dengan berkembangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat mengenai peningkatan jumlah sampah. Konsep zero waste ini menarik karena bertujuan merestrukturisasi desain, produksi, dan distribusi sehingga kehadiran sampah dapat dihilangkan sejak awal. Selain itu, strategi zero waste menyatakan penolakan terhadap insinerator dan TPA sehingga mengarah ke masyarakat yang berkelanjutan. Berbagai organisasi yang merasa bahwa pengelolaan sumber daya material yang berkelanjutan tidak berjalan dengan semestinya memilih untuk mengidentifikasikan diri dalam bentuk heterogen di bawah nama zero waste. 

Gerakan 7R dan Zero Waste

Zero waste sebagai gerakan yang bertujuan memberhentikan produksi sampah tentunya menjadi sejalan dengan gerakan 7R, yaitu Rethink, Refuse, Reduce, Re-choose, Repair, Reuse, dan Recycle. Gerakan 7R ini mengajak masyarakat untuk memproduksi sampah seminimal mungkin dengan memanfaatkan barang yang bisa digunakan secara maksimal. Rethink, yang berarti memikirkan kembali, mengajak masyarakat untuk mulai berpikir ke depan seperti darimana asal suatu produk dan kemanakah produk tersebut akan pergi setelah kita membuangnya. Refuse berarti menolak, dengan salah satu contohnya adalah menolak penggunaan plastik sekali pakai. Suatu plastik sekali pakai memiliki rata-rata masa penggunaan sekitar 15 menit lalu dibuang. Hal ini membawa masalah pada TPA dan bahkan sampai ke laut di Pulau Sampah Pasifik Besar. Suatu solusi yang mudah dalam menghindari kejadian tersebut hanya sekadar menolak penggunaan plastik sekali pakai. 

Selanjutnya adalah Re-choose. Saat memilih suatu produk yang akan dibeli, kita perlu memilih produk mana yang lebih ramah lingkungan serta bagaimana proses pembuatan produk tersebut terjadi. Repair, atau memperbaiki, mengajak kita untuk memperbaiki barang-barang yang rusak daripada membuangnya ke tempat sampah guna meningkatkan masa hidup barang tersebut dan mengurangi sampah yang dihasilkan. Reduce adalah mengurangi produk yang kita gunakan. Contohnya adalah mengurangi membawa sendiri tas belanja, menggunakan transportasi umum untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam, dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Kemudian, Reuse adalah penggunaan kembali suatu produk, misalnya toples dari selai kacang kita gunakan lagi untuk menyimpan suatu makanan. Bagian terakhir yang ada dalam gerakan 7R adalah Recycle atau daur ulang. Pendauran ulang dilakukan karena membutuhkan jauh lebih sedikit sumber daya daripada membuat produk baru. Permulaan dari suatu kegiatan yang bermanfaat diawali dengan kesadaran masyarakat akan suatu permasalahan, sehingga dengan turut berpartisipasi dalam gerakan 7R secara langsung akan mencapai tujuan dari zero waste itu sendiri.

Kesimpulan

Jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia di seluruh dunia terus meningkat dan menjadi salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan. Solusi yang tepat perlu kita lakukan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Zero waste hadir sebagai gerakan yang mendukung pelestarian sumber daya dengan sistem produksi yang bertanggung jawab guna mengelola proses manufaktur secara sistematis untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sampah yang dihasilkan suatu produk. Gerakan 7R turut hadir untuk mengajak masyarakat dalam memproduksi sampah seminimal mungkin sehingga hal ini berbanding lurus dengan tujuan zero waste.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun