Mohon tunggu...
Kastrat IMS FTUI
Kastrat IMS FTUI Mohon Tunggu... Mahasiswa - #PRAKARSA

Pagi Sipil! Kastrat IMS FTUI kini hadir di Kompasiana untuk membagikan beberapa tulisan yang kami hasilkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Day Zero Edisi Dunia: Mirip dengan Cape Town, Dunia Akan Krisis Air pada Tahun 2050

22 April 2021   00:55 Diperbarui: 22 April 2021   02:41 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan, dari jumlah air tawar tersebut, hanya 0,3% yang berada dalam bentuk cair pada permukaan bumi, sedangkan sisanya tersimpan dalam bawah tanah, gletser, atau dalam wujud uap air di atmosfer (Mullen, n.d.). Bukan hanya populasi manusia yang memberikan tekanan pada sumber daya air. Penggunaannya yang berlebih juga menjadi faktor yang berkontribusi. 

Pada abad ke-20, populasi dunia meningkat sebanyak tiga kali lipat, tetapi penggunaan air malahan meningkat sebanyak enam kali lipat (OECD, 2012). diestimasikan penggunaan ini sebesar 1.041 miliar liter air setiap harinya (United States Bureau of Reclamation, 2020). Angka tersebut sangat besar apabila dibandingkan dengan seberapa cepat air bersih pulih kembali. 

Ketidakcocokan ketersediaan air dengan permintaannya memiliki potensi untuk menjadi masalah besar dalam jangka panjang. Apabila tren ini terus berlanjut tanpa ada upaya nyata untuk mengurangi penggunaan air secara drastis, diestimasikan seluruh penjuru dunia akan menghadapi krisis air yang setidaknya akan memengaruhi 52% populasi bumi pada tahun 2050 (Saikh, 2017). 

Kekurangan sumber daya air akan memiliki konsekuensi yang fatal. Ketika krisis air terjadi, hampir dari seluruh kegiatan sehari-hari mulai dari hal dasar seperti kegiatan rumah tangga sampai dengan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari akan sangat terhambat. Akibatnya, resesi tidak dapat dihindarkan dan krisis-krisis lain juga akan ikut berdatangan. 

Ditambah lagi, kurangnya air untuk sanitasi yang layak, penyakit seperti disentri, diare, kolera, dan penyakit. yang ditularkan melalui air lainnya dapat bermunculan. 

Walaupun kita masih jauh dari tahun 2050, fenomena yang terjadi di Cape Town benar-benar menunjukkan bahwa krisis air pada skala besar itu sangat nyata dan kita tidak benar-benar jauh dari apa yang mungkin terjadi di waktu mendekat. Kita harus bertindak dan kita harus bertindak cepat untuk mencegah konsekuensi fatal yang dibawa oleh krisis air.

Apa Yang Bisa Kita Pelajari

Melalui peristiwa yang terjadi di Cape Town, kita mempelajari bahwa krisis ini merupakan hal yang sepenuhnya dapat dicegah. Apa yang sebaiknya kita lakukan tidak harus seekstrem tindakan penduduk Cape Town. Ketidakpedulian kita terhadap keberadaan air yang secara sekilas tampak melimpah telah membuat kita menerimanya secara sepele dan menggunakannya secara semena-mena. 

Pada akhirnya, langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah melakukan edukasi supaya memunculkan kesadaran yang dapat membentuk kebiasaan baru dalam penghematan air. 

Apa yang terjadi di Cape Town tidak harus dirasakan oleh seluruh penjuru dunia. Dengan aksi kolaboratif, hal-hal kecil yang kita lakukan secara bersama-sama dalam penghematan air dapat menyelamatkan planet kita dari krisis air dan mencegah terjadinya peristiwa “Day Zero” versi dunia.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun