Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UGM
KASTRAT BEM FEB UGM Mohon Tunggu... Penulis - Kabinet Harmoni Karya

Akun Resmi Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Covid-19: Environmental Agent?

5 Juni 2020   20:25 Diperbarui: 5 Juni 2020   20:38 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh : Zaki N. Hawasi (Akuntansi 2018)—Staff Ahli Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Perlu disadari pula bahwa tingkat polusi udara juga menjadi salah satu penyebab tingginya kematian akibat penyakit yang disebabkannya. Dengan tingkat kematian 4.9 juta dari total jumlah kematian di dunia, polusi udara dapat dikatakan membunuh 1 dari 10 orang di dunia (IMHE, 2017).

Penyebaran COVID-19 yang mengakibatkan turunnya tingkat polusi udara seolah-olah menjadi pengingat bahwa tujuan pelestarian lingkungan—yang seringkali kalah pamor dibandingkan pertumbuhan ekonomi—masihlah sama, yaitu supaya kita dan generasi di masa depan dapat terpenuhi hak-hak hidupnya. 

Harari dalam Homo Deus menjelaskan bagaimana vaksin dapat mencegah tingkat kematian setinggi wabah Flu Spanyol terjadi di abad ke-21, sudah selayaknya kita menjadikan tindakan pencegahan penyebaran COVID-19 sebagai patokan untuk usaha pelestarian lingkungan.

"Vaksin" bagi "pandemi" yang bernama polusi lingkungan dengan output berupa perubahan iklim yang outcomenya akan berdampak pada kejatuhan perekonomian global tidak akan dapat ditemukan kecuali ketakutan umat manusia akan perubahan iklim sama besarnya dengan ketakutan akan diagnosis positif COVID-19.

Pada akhirnya, mengorbankan lingkungan untuk perekonomian hanya akan berakhir dengan jatuhnya perekonomian itu sendiri sebagai korban. Pandemi COVID-19 pada dasarnya adalah sebuah "model" dari dampak yang dihasilkan perubahan iklim pada jangka panjang.

Tahun-tahun penuh dengan limbah udara perindustrian dan jalan raya telah mengakibatkan buruknya kesehatan pernapasan banyak orang di seluruh dunia. Sebagaimana dinyatakan oleh Gernot Wagner melalui Project Syndicate (18/3), kata Mandarin untuk "krisis" terdiri dari dua karakter yang berarti "bahaya" dan "kesempatan".

Maka dari itu, apakah COVID-19 hanya akan menjadi pembelajaran untuk dunia medis, atau dapatkah kaum kapitalis dan pemerintahan dunia mengambil pembelajaran untuk menciptakan dan meregulasikan suatu green market force?

Referensi:

“COVID-19: Briefing Materials.” 2020. McKinsey&Company. https://www.mckinsey.com/business-functions/risk/our-insights/covid-19-implications-for-business.

Bloomberg.Com. 2020. “China’s Push to Restart Economy Revives Data Worries,” March 1, 2020. https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-03-01/china-s-push-to-jump-start-economy-revives-worries-of-fake-data.

Friedman, Lisa. 2020. “E.P.A., Citing Coronavirus, Drastically Relaxes Rules for Polluters.” The New York Times, March 26, 2020, sec. Climate. https://www.nytimes.com/2020/03/26/climate/epa-coronavirus-pollution-rules.html.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun