Mohon tunggu...
Kasman Renyaan
Kasman Renyaan Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah

Anak pesisir pencinta sejarah dan budaya. Mencari ketenangan batin dengan menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sosok Suami dalam Suara Hati Seorang Istri

22 Januari 2018   09:10 Diperbarui: 22 Januari 2018   09:33 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Junida M

Entahlah untuk menterjemahkan proses tidak akan menghianati hasil. Seakan-akan begitu sulit untuk diartikan. Atau mungkin untuk memaknai kalimat tersebut, butuh renungan yang begitu dalam. Seperti mencari jarum dalam jerami. Waktu begitu lama berlalu, keresahan hati begitu keras terdengar. Detuman jantung sudah tidak dapat mempompa darah dengan normalnya lagi, seakan-akan begitu sesak terasa hidup ini.

Kecemasan begitu terpampang di ruas-ruas wajah. Entahlah antara takut, berharap dan menunggu kepastian. Kalimat tenang sudah tidak bisa menjadi senjata untuk membuat hati ini tersenyum.

Terasa ada rasa resah di hati yang tak kunjung hilang menanti terus dan menanti kedatangannya. Berharap dia akan datang dengan hasil yang memuaskan keresahan hati ini. Mungkin saja Tuhan telah menguji keluarga kecil ini, dengan masalah yang tidak pernah dipikirkan olehnya sebelumnya.

Ketika yang lainnya telah terselimut oleh rasa bahagia di hati. Keluarga kecil ini mendapatkan kado kecil yang tidak bisa di maknai dengan kata-kata. Seperti apa perasaannya? Menangiskah, resahkah atau mungkin frustasi? Tuhan memberikan kado kecil, yang terbungkus dengan masalah. Dan membuat mereka berfikir mungkinkah Tuhan tidak adil? Atau memang mereka kurang bersedekah dalam hidup ini? Sampai sekarang mereka hanya bisa berharap bila kado kecil tersebut, mungkin adalah cerita pendek yang harus mereka kenang dalam masa tujuh bulan pernikahan mereka. Atau kepompong yang tak kunjung berubah menjadi kupu-kupu.

Mungkin rasa takut dan kegelisahan hati telah membuat mereka tidak bisa memikirkan, bahwa sebelum kupu-kupu bisa terbang bebas dan di sanjung-sanjung oleh banyak orang dia adalah ulat gatal yang di benci. Begitu juga dengan masalah yang di hadapi mereka. Untuk membuat mereka bisa menjadi orang-orang yang kuat dalam hidup ini dan menjadi keluarga kecil yang lebih baik.

Ketika semuanya membisu dan sibuk dengan urusannya masing-masing. keluarga kecil itu hanya bisa membagikan kesedihannya berdua antara suami dan istri. Ketika sang suami tidak bisa berfikir lagi bagaimana langkah yang harus di ambil? Sang istri hanya menatap suaminya dan bertanya apakah abang takut? Sebenarnya bukan pertanyaan itu, yang akan dia tanyakan. Tetapi, ketika ia melihat suaminya yang begitu gelisah dan takut. Istrinya hanya mampu menatapnya dalam-dalam dan berkata semuanya akan indah Bang.

Biarkan Allah yang menentukan bagaimana hasilnya nanti? Istrinya juga hanya bisa menahan keresahan hatinya. Dan tidak mampu memperlihatkan kepada suaminya. Ia takut akan memperpara keadaan suaminya. Yang sudah tidak enak makan, sudah tidak nyenyak tidur karena memikirkan masalah yang telah di hadapi.

Jika ada yang bertanya bahagiakah kamu mempersuamikan dia.? Maka dengan bangganya ia akan menjawab kelebihan bahagia. Tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Dia adalah suami yang bisa di bilang takut istri, tidak romantis tapi mungkin kalian tidak pernah tau bahwa dia adalah suami yang hebat. Yang membuat istrinya dengan bangga menceritakan seperti apa sosok suaminya.

Suami yang membuat istrinya merasa bahwa jika dia di beri dua pilihan calon suami yang satunya dengan harta yang banyak dan ketampananya yang begitu elok. Sedangkan yang satunya suaminya dengan keadaan pas-pasan maka dia akan tetap memilih suaminya. Entahlah untuk menceritakan sosok suaminya tidak akan ada waktu dan cukup ruang untuk menjelaskan sosok suaminya tersebut.

Makassar 10 Januari 2018.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun