Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhenti Berspekulasi, Berkomentar, dan Beranggapan yang Kita Sendiri Terperangkap Politik Negeri

15 Agustus 2018   11:49 Diperbarui: 15 Agustus 2018   12:04 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini media banyak menyoroti pergerakan politik negeri. Apalagi dengan diumumkannya Capres Cawapres pada pemilu 2019. Panggung telah dimulai, ladang semakin terbuka untuk dijadikan bahan gempuran. Seiring berjalannya waktu, pergulatan politik sudah menulis skenario yang akan di tontonkan secara umum kepada rakyat. Saling serang, saling tusuk, dan saling membenarkan diri sendiri menjadi rudal utamanya.

Bagaimana tidak heran? jika semua kehalalan dijadikan suatu instansi sah sebab ini adalah politik. Anggapan ini bertolak belakang dengan tujuan utama yang mengatasnamakan "demi negara". Sandiwara yang dipertontonkan pada panggung rakyat memberikan pesan tersendiri bagaimana kenafsuan seseorang yang ingin menjabat suatu negara. Semua dalil dijadikan acuan untuk merebut hati rakyat tanpa memikirkan "apakah benar-benar layak menjadi orang nomer satu di negara ini?".

Terlepas dari itu, rakyat hanyalah menjadi senjata bumerang. Dikatakan sedemikian karena setiap kasus yang rumit untuk diselesaikan maka rakyatlah yang akan menjadi kambing hitam. Padahal sebelum menjabat, rakyat seolah-olah akan mendapat jaminan mutu yang sangat menakjubkan jikalau memilihnya.

Lucunya politik negeri ini selalu melibatkan kabar yang cenderung memancing rakyat untuk memunculkan penilaian negatif terhadap salah satu pasangan calon. Namun, bagaimana lagi? toh ini politik sah-sah saja. Maka secara terpaksa dengan keadaan rakyat yang haus akan perubahan negara, mau tidak mau harus memilih salah satu calon meski dengan beberapa isu yang beredar.

Pada akhirnya keadaan itu menggiring pada suatu konsep pemikiran yang membabi buta dan menyalahkan salah satu pasangan calon serta berbondong-bondong mendukung pasangan calon. Dilema ini akan terus bertambah seiring sutradara belum menyatakan "tamat". Sebagai rakat hanyalah alat, yang nantinya melihat suatu keadaan yang pasti darurat. Berpikir ingin menjadi negara maju malah menyebarkan isu. Berhenti berspekulasi, karena kita akan terjebak dalam sandiwara politik negeri.

Penulis Rizki Subbeh
Jember, 15 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun