Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pandan Rangkang

5 Mei 2018   16:34 Diperbarui: 5 Mei 2018   22:56 2296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Apa mungkin karena suara lantangku yang terkesan bernada tinggi? ahhhh, tidak mungkin. Dia sudah tau kalau aku sangat menghormatinya. Sebab, dia merupakan salah satu sepupu yang di hormati karena kepintarannya. Lantas, mana mungkin dia marah dengan suara lantangku? pasti dia bisa membedakan, mana yang nada tinggi (ngelamak) dan mana yang nada biasa (menghargai yang lebih tua). 

Lagian, sekalipun aku nakal, tidak pernah aku melawan saudara, baik yang mudah maupun yang tua sekalipun. Aku masih ditaraf kesopanan di mata keluarga besar. Berbeda di kalangan masyarakat, namaku selalu diberi lebel nakal karena kelakuanku yang suka merokok dan miras.

Dari nakalku juga, aku pernah dikurung seharian di sel penjara polsek desa. Tapi bukan karena miras melainkan karena pernah merusak Sekolah Dasar-ku sendiri. Terlebih aku juga dikeluarkan dari tempatku sekolah SMP Negeri Nusa Bangsa. Kasus pemukulan terhadap guru, sering ngelimput, dan ketahuan merokok. Jika mengingat itu semua, aku menyesal. Dan juga tidak mungkin aku kerja hingga merantau ke beberapa daerah dan kota-kota besar yang ada di Indonesia. Apalagi, aku juga baru pulang dari Kalimantan Timur, tepatnya Balikpapan untuk bekerja menjadi pedagang bakso keliling.

Ahhh itu masa kelamku, sekarang aku berniat untuk mengusaikan semua perbautan yang pernah tercatat di barisan keburukan hidup ini. Terlelap dari kenangan ini, sepupuku sudah bergegas dengan membawa anakan pohon pisang dan barongan janur yang baru saja diambil. Karena asik memikirkan masa kelam dan memikirkan kenapa semua pertanyaanku tidak pernah dijawab, aku dibiarkan sendiri di kebun ini.

Aku lihat dia sudah menuju ke belakang rumah. Entah,kali ini apa yang sedang dilakukan. Setelah menyibukkan diri di kebun samping rumah untuk mengambil anakan pohon pisang dan sebarong janur. Ia mengarah ke belakang pawon yang berdinding gedhek. Gedhek adalah rangkaian bambu yang sudah dianyam untuk dijadikan dinding sebagai pengganti tembok. 

Di sekitar rumah dan kampungku, masih terlihat pawon yang berdinding gedhek. pawon sendiri diartikan sebagai dapur dikalangan masyarakat rumah, namun ada ciri khasnya yaitu pawon tentu akan berdinding gedhek. Jadi tidak heran masih banyak warga yang memiliki rumah berdinding bata dan ujung rumah paling belakang berdinding gedhek sebagai pawon.

Sepupuku mengambil kelapa yang sudah mengeluarkan tunas. Ia membawanya dari salah Satu lembar gedhek tepat di dekatnya got pembuangan. Aku semakin pusing melihat sepupu satu ini. Terkadang orang pintar juga memiliki keanehan. Aku juga tidak mengerti untuk apa bahan-bahan itu dikumpulkan. Payah, pikirku.

Usai mengambil tunas kelapa. Ia masih tergegan, seperti memikirkan apa ada yang ketinggalan. Aku melihat dengan menertawainya pas dihadapan tubuhnya. Aku lempar ejekan kepadanya, "mangkane, ojok sok-sokan di sopo gak njawab, ahhahahahahaha, sak iki bingung koyok ketek ketolop". ucapku sambil tertawa terbahak-bahak.

Anehnya meski aku mengejek untuk pertama kalinya, dia masih saja tidak menghiraukan. Malahan, Ia pergi meninggalkanku dengan membawa pohon pisang, janur, dan tunas kelapa ke kerumunan warga yang berkumpul di rumah. Aku sigap mengikutinya, dengan penuh tanda tanya. 

Mereka semua aneh atau memang bisu setelah lama tidak bertemu denganku. Lama? padahal aku hanya 9 bulan saja di Balikpapan. Haduh, aku tidak habis pikir dengan jalan pemikiran orang-orang dewasa. Apalagi aku masih remaja yang berumur 15 Tahun. Tentu aku kebingungan apa yang sedang terjadi atau apa yang sedang di alami oleh warga dan kerabatku. Entahlah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun