Mohon tunggu...
Rizki Subbeh
Rizki Subbeh Mohon Tunggu... Guru - SAYA ADALAH SEORANG GURU

Dekonstruksi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Penggendong Pot Tua

14 Maret 2018   00:49 Diperbarui: 14 Maret 2018   01:00 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Remaja-remaja yang berkeliaran menyambut pagi yang indah tak terlihat setangkai awan putih mendung dilangit sana. Pak Darwin yang tengah membaca koran terhenti ketika melihat kawan kerjanya menyapa didepan rumah, "pak, waduhh akhir pekan yang santai ya?" gurauan terlontar dari Pak Sio sambil mengeluarkan senyuman. "eh pak Sio, sini mampir ke gubug saya ini, mumupung hari libur" jawab Pak Darwin. 

Seketika itu pak Sio mampir dan membicarakan beberapa persoalan yang telah dihadapi di kantor Desa, sesekali mereka membicarakan keluarga tak terasa pembicaraannya telah menjalar pada kejadian semalam yang di alami oleh Pak Darwin. Mulai itu berita mengenai sosok misterius menyebar keseluruh desa Grigis yang membuat keresahan, banyak orang yang mengetahui sosok itu namun mereka juga mengalami apa yang dirasakan oleh keluarga Pak Darwin, sosok itu seperti ingin memberi tahu saja, namun ketika di ikuti selalu menghilang di pekat hawa kabut malam di kuburan.

Seminggu kemudian desa tetangga telah geger dengan penampakan sosok misterius, kasus ini sama dengan desa Grigis namun ada perbedaan jika pada desa Grigis sosok itu dengan jubah serba hitam berbeda dengan desa Plamen sosok itu muncul dengan menggunakan jubah putih. 

Pot tua yang di gendong menjadi ciri khas sosok aneh dan misterius, kala itu seorang warga yang tengah berkeliling melihat sekitaran desa telah dikejutkan dengan kemunculan orang aneh, kemunculan tersebut terjadi di dekat pemakaman umun desa Plamen sama persis dengan kejadian di desa Grigis.

Seperti layaknya desa Grigis kasus ini membuat gempar semua warga Plamen, banyak warga yang mendefinisikan sosok itu hanyalah halusinasi saja mungkin terjadi karena capek atau ngantuk. Tidak disangka setelah beberapa warga yang membicarakan kasus itu melihat dengan mata kepalanya sendiri sehingga warga tidak mau membicarakan sosok yang tidak dikenal tersebut. Keresahan dan kekawatiran warga desa Plamen membuat staf desa harus memberi solusi, hingga tercuat rencana akan di adakan ronda bergilir disetiap sudut desa. 

Warga pun menyutujui setelah Kepala Desa menyampaikan rencana ini, setiap malam desa Plamen di sibukkan oleh ronda bergilir dengan tujuan agar sosok tersebut bisa tertangkap dan berhenti meresahkan warga. Berita ini tercium oleh Pak Darwin dan warga desa Grigis lainnya, hingga mereka tidak habis fikir kenapa sosok misterius harus muncul juga didesa tetangga, kejadian yang dialami sama dengan desa Grigis. 

Sosok itu muncul seperti sudah disusun dengan rapi, minggu awal bulan terjadi di desa Grigis, minggu kedua terjadi di desa Plamen terus berulang setiap bulan. Sebulan kemudian saudara Pak Darwin mendatangi rumah kediamannya, melihat kondisi dan menyambung silatuhrahmi agar tali persaudaraan tetap terjaga. Namanya Pak Kusen warga desa Durin dia menjadi Kepala Desa setelah terpilih menjadi Kades satu bulan yang lalu. Perkumpulan keluarga besar Pak Darwin memang sudah biasa mereka lakukan, mereka bercengkrama dengan berbagai ragam hidangan yang disajikan. 

Perbincangan tak lepas dari suatu perkumpulan, mereka selalu menceritakan berbagai macam persoalan yang terjadi, ketika itu Pak Dawrin menceritakan hal aneh yang terjadi dalam desa Grigis dan desa Plamen, awalnya Pak Kusen tidak mengerti dengan apa yang diceritakan oleh saudara sepupunya itu. Selang beberapa jam setelah perbincangan sosok misterius selesai, Pak Kusen mulai sadar apa yang terjadi di desa Grigis dan desa Plamen telah terjadi di desanya juga. 

Kali ini yang merasakan hal yang sama adalah desa Durin dengan desa Sari, akan tetapi kejadian sosok itu menggunakan jubah yang berbeda minggu yang berbeda. Desa Durin mengetahui sosok itu ketika minggu ketiga, sedangkan desa Sari minggu keempat, jubah yang di pakai juga berubah, jika desa Grigis jubah hitam dan desa Plamen jubah putih lain halnya dengan desa Durin dan desa Sari yang memakai jubah hijau dan coklat. Sepertinya dalam satu bulan sosok itu mengitari empat desa tetangga, dengan aroma melati yang membuat merinding ketika seseorang melihatnya. 

Desa Sari dengan Desa Durin sudah bekerja sama mengenai masalah ini, akan tetapi kasus ini tetap saja masih berguling hingga empat bulan lamanya. Warga masih bertanya-tanya apa motif sosok itu muncul di tengah malam dengan menggendong pot bunga dengan bau harum bunga kamboja dan jubah yang berbeda dalam setiap desa yang dimasukinnya, jika pencuri mengapa barang-barang warga masih utuh tidak ada kehilangan sama sekali, jika sebuah penampakan bagaimana bisa penampakan yang sama juga terjadi di desa-desa tetangga, tapi kenapa setiap orang yang melihatnya selalu ketakutan? disisi lain bau harum kamboja menjadi picu utama ketakutan warga yang melihat. 

Bahkan desa Grigis dan desa Plamen yang terkenal kedamaian dan ketentraman menjadi resah akan kejadian aneh yang melanda saat itu. Sosok penggendong pot tua itu menjadi momok warga, ketentraman yang terjalin pada desa menjadi rancu karenanya, semua warga setiap malam berkeliling desa akan tetapi selalu tidak berhasil menangkap. Sesekali melihat tetapi rasa takut membuat sosok penggendong pot tua berhasil meloloskan diri. Hingga para normal yang ada di ke empat desa tersebut juga turut mencari kebenaran dan membongkar siapa dibalik jubah itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun