Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Kita Pada Nabi Jangan Negasi dengan Sikap Kita

23 Oktober 2021   14:30 Diperbarui: 23 Oktober 2021   14:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun ini peringatan Maulud Nabi dan Hari Santri NasionaL berdekatan. Mungkin ini bukan ilmu gathuk tapi keterkaitan antara Maulid Nabi dengan pra santri memang sangat dekat. Kita tahu banyak keluarga yang memondokkan anaknya di pesantren, bukan tanpa sebab. Mereka umumnya menginginkan anaknya tumbuh dengan akhlak yang baik dan selalu meneladani Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad memang sosok yang layak kita teladani dengan segala ketulusan dan hati. Merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW itu dasarnya adalah cinta. Kita mencintai apapun yang yang melekat dalam diri Nabi Muhammad. Dari semua tutur katanya, kebijakannya, ketulusan, akhlak, dan juga ajaran-ajarannya yang membawa rahmat dan damai bagi umat manusia dan kemanusiaan.

Karena kita mencintai Nabi Muhammad dengan segala hati dan logika kita maka artinya kita juga harus mencintai apa yang beliau cintai. Meneladani itu sama halnya dengan itu. Jika kita menyatakan mencintai Nabi namun tidak menyukai cara beliau yang bertutur kata lembut, maka cinta kita sejatinya tidak ada artinya.

Hal penting dan sesuai dengan tantangan konteks sekarang adalah bahwa beliau mencintai persaudaraan dan persatuan.Kita tentu ingat saat beliau  berdebat dengan kaum kafir soal keyakinan.  Beliau tidak mengajak bertentangan atau berbantahan dengan berkelahi namun dengan lemah lembut.

Kita bisa melihat cara beliau menjembatani suku Anshar dan suku Muhajir. Kedua pihak itu sebelumnya bertentangan namun akhirnya bersatu dan memperlakukan selayaknya saudara. Begitu juga dengan beberapa suku yang saat itu ada di sekitar kota madinah. Beliau berdialog dengan baik dan memperbaiki pranata sosial kemanusiaan pada saat itu. Seperti suku Aus dan Khazraj yang telah bertikai sejak zaman jahiliah. Beliau mampu mendamaikan.

Sehingga, hal yang negasi (bertentangan) jika kita menyatakan bahwa kita mencintai dan meneladani Nabi Muhammad namun yang kita lakukan adalah merencanakan bomn untuk tiga gereja seperti yang di Surabaya. Dalam peristiwa itu sangat pilu sekali karena sang ayah membawa serta istri dan anak-anaknya untuk juga menyerang tiga gereja.

Implementasi cinta itu koheren; sama arahnya. Tidak berlawanan arah. Kita menyatakan cinta maka sikap kita harus sama dengan perkataan kita itu; koheren tidak negasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun