Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Troya, Strategi Tipu Daya

16 Juli 2020   06:45 Diperbarui: 16 Juli 2020   06:53 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam mitologi Yunani ada sebuah kisah penting yang ditulis oleh puluhan sastrawan dalam berbegai versi yaitu Perang Troya. Perang yang diduga berlangsung sekitar abad 11 sampai 12 itu terjadi antara bangsa Sparta (Yunani) dan Troya (Turki).

Yunani dan Turki memang berdekatan, meski keduanya berada di bedua berbeda  Yunani di Eropa dan Turki di Asia. Dua wilayah ini dipisahkan oleh laut Aegea yang merupakan cabang Laut Tengah. Laut ini dihubungkan dengan Laut Marmara dan Laut Hitam dengan Selat Dardanella dan Bosporus. 

Suku Maniot yang legendaries, mendiami semenanjung Mani dipercaya banyak orang merupakan keturunan orang-orang Sparta- bagian dari orang-orang Yunani Kuno yang merupakan petarung.

Sedangkan Troya diyakini berada di Hisarlik -- bagian dari Canakkale di wilayah  Turki Barat. Keyakinan itu didasarkan beberapa situs yang terdapat di kota kecil itu. Beberapa benteng, sisa-sisa dinding rumah, sisa-sisa teater terbuka berundak tempat sebuah pertunjukan mungkin dilakukan di masa lalu.

Perang itu karena Helena, istri dari Menelaos -raja Sparta dilarikan (diculik) oleh raja Troya yaitu  Paris. Karena itu, raja Sparta menyerang Troya namun selalu gagal. Perang Troya yang bermotif asmara itu terjadi cukup lama dan melelahkan bagi bangsa Sparta. 

Pasukan Sparta mengepung mereka selama 10 tahun dan mengirim mata-mata tapi tidak berdaya menembus benteng pertahanan Troya yang sangat kuat. Entah mengapa juga kota Troya selama kurun waktu itu dapat memenuhi kebutuhan logistic mereka sendiri sehingga tak terusik dengan pasukan Sparta yang mengepung mereka.

Nyaris kehilangan akal, pasukan Sparta kemudian melakukan stategi tipu daya. Mereka membangun sebuah kuda raksasa yang merupakan persembahan untuk dewa Athena dan meninggalkannya di tempat mereka biasa mengepung Troya. 

Pasukan Sparta menghilang dan bersembunyi di sebuah teluk. Mata-mata Sparta mengatakan bahwa pasukan Sparta meninggalkan patung kuda itu dengan harapan akan dibakar pihak Troya, sehingga kemarahan Athena akan berbalik kepada Troya. 

Mendengar itu orang-orang Troya yang mengira pasukan Sparta sudah mundur mengambil kuda raksasa itu dan menaruhnya di dalam kota Troya. Mereka tidak membakarnya karena percaya mitos Athena akan menyerang pihak yang membakar persembahan untuk dewa Athena tersebut.

Mereka tidak sadar bahwa dalam kuda raksasa itu terdapat puluhan pasukan Sparta. Saat malam dan kota itu terlelap, mereka keluar dari kuda raksasa dan membuka pintu gerbang yang memungkinkan pasukan lain yang bersembunyi di teluk untuk bergabung dan memusnahkan Troya. 

Atas muslihat itu Troya menyerah dan kotanya luluh lantak atas penyerbuan tak terduga itu. Stategi tipu daya itu berhasil menghentikan peperangan yang memakan waktu lama dan korban yang banyak.

Stategi kuda Troya sering dilakukan pada abad-abad modern seperti sekarang ini. Trojan yang merupakan virus computer yang menyelinap dan menghancurkan banyak program di sebuah computer atau jaringan computer.

Dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, tipu muslihat perang troya juga sering kita dapati. Banyak orang yang bersikap baik namun sebenarnya seorang penjahat dan pencuri. 

Banyak orang yang bekerja pada satu pihak, pura-pura setia kemudian mengkhianati majikannya. Banyak orang juga merupakan warga negara Indonesia dan bersumpah setia kepada bangsa dan negara dan menikmati berbagai kemudahan tapi ternyata lebih memilih ideologi radikal dan ekstrem yang bertentangan dengan Pancasila.

Karena itu, mungkin kita merenungkan kembali makna kita sebagai warga negara dan tak usah memakai strategi kuda troya untuk menjadi WNI yang baik. 

Negara yang hangat penuh sinar matahari terasa lebih nyaman dari pada negara lain yang sehari-harinya penuh kabut atau menerima sinar matahari yang terik. 

Kehidupan berbangsa yang beraneka keyakinan dan suku dan mampu hidup rukun, lebih baik dibanding negara yang hanya punya satu perbedaan (misal warna kulit) namun tidak kunjung damai.

Pilih mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun