Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keragaman yang Harus Kita Syukuri

26 Juni 2020   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2020   04:03 3308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam satu wawancara dengan salah satu media, seorang Pastor berkebangsaan Perancis yang sedang melayani jemaat di Jerman dan nyaris separuh hidupnya dihabiskan di banyak negara berbeda  mengatakan bahwa di dunia yang kini mengagungkan ekonomi dan logika serta selalu terobsesi dengan persamaan pandangan harusnya melihat bagaimana rakyat Indonesia tumbuh dan hidup bersama.

Dia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negeri di timur yang indah dan selalu hangat sepanjang tahun . Ribuan pantai indah dan laut yang enuh dengan ikan. Gunung yang tersebar di banyak pulau dsn membuat tanahnya subur. Tak hanya itu dia mengungkapkan bahwa Indonesia punya keragaman flora dan fauna yang luar biasa kaya. Karena itu di masa lalu banyak negara yang inginkan Indoensia untuk mengambil kekayaan alamnya seperti Portugis dan Belanda yang mengincar rempah-rempah dan hasil bumi lainnya.

Dia  juga menggambarkan bahwa Indonesia punya keragaman yang kompleks tidak hanya soal etnis tetapi juga budaya, bahasa, warna kulit dan agama. Negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke ini memang punya berbagai suku bangsa yang masing-masing sukunya punya perbedaan yang mirip sampai kontras. Kita lihat semisal suku Aceh dan Batak kita bandngkan dengan suku Jawa dan Manado. Semuanya punya ciri khas masing-masing yang amat indah.

Bangsa Indonesia, tuturnya lagi, selama hampir berabad-abad hidup bersama dan tidak punya masalah berarti soal keragaman itu. Banyak suku Padang yang hijrah ke Jawa dan hidup bersama dengan suku Betawi dan Jawa, bahkan menikah dan beranak pinak di sana. Ada juga orang dari suku Makkasar yang berjodoh dengan orang Suku Sunda, juga orang Bali yang menikah dengan orang Batak atau Manado. Mereka cenderung bisa berbaur dan saling menghargai satu sama lain.

Begitu juga soal keyakinan (iman). Dia sebagai pastor yang selama di Indoensia ditugaskan di Bali dan Palembang merasa nyaman hidup di lingkungan mereka. Dia merasa cukup diterima oleh masyarakat di sana dan melihat bahwa umat Katolik di sana juga mampu hidup berdampingan dengan masyarakat yang punya keyakinan berbeda.

Menurutnya itu tak mudah dicapai di negala lain yang dia kunjungi juga. Keragaman di beberapa negara justru merupakan titik lemah dan sensitive untuk diusik. Dia mencontohkan AS dan Jerman yang dikenal sangat menonjolkan golongan tertentu dan menafikan golongan lain.

Kita sebagai bangsa Indonesia layak bersyukur dengan pandangan dari orang luar Indoensia soal kita. Bagaimanapun Pancasila merupakan sesuatu yang mampu mempersatukan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun