Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Ajarkan Cinta

18 Januari 2019   08:17 Diperbarui: 18 Januari 2019   08:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi amat memanjakan kita. Tengok saja bagaimana seseorang dulu yang tak pernah menjumpai dai atau ustadz terkenal, kini dapat bertemu di televisi atau mendengar ceramah-ceramah yang tersebar di media sosial.

Tentu saja kondisi ini amat menyenangkan bagi kedua belah pihak. Karena sang pendengar bisa mendengarkan ceramah agama dan para dai juga bisa syiar ke berbagai lapisan masyarakat. Ini tentu saja menggembirakan karena banyak orang yang dapat dijangkau dan mendengar khotbah-khotbah yang menyejukkan hati.

Tanpa dinyana, beberapa dai ternyata malah mengajarkan hal yang menimbulkan rasa benci satu sama lain . Berdasarkan beberapa ayat yang ditaksir secara dangkal. Rasa benci pada pihak berbeda ini masuk dalam konten ceramah dan syiar yang disampaikan kepada umat, langsung maupun melalui media sosial.

Mungkin secara tidak sengaja kita mendapati ini : ajakan dan ceramah untuk melakukan jihad. Bahwa jihad diperlukan dan dianjurkan oleh agama. Mereka menampilkan kondisi penderitaan kaum muslim di belahan dunia lainnya. 

Misalnya kisah-kisah Allepo tapi yang ditampilkan adalah penderitaan Palestina. Ini sama halnya memberikan pencerahan tapi dengan kebohongan.

Ceramah-ceramah agama itu bisa jadi diilhami oleh spirit amar ma'ruf  nahi munkar tapi seruan untuk mebinasakan pemeluk agama lain atau pelaku maksiat atau yang tidak sesuai dengan Al-Quran sesuai dengan pemahaman mereka, sejatinya tidak sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW.

Konten-konten inilah yang kemudian diterima oleh umat. Ada yang menelan mentah-mentah. Ada yang menyaringnya dengan menanyakan itu kepada dai setempat. Dan berdiskusi.

Jika bertemu dengan dai setempat yang se-ide, rasa benci itu malah menghebat. Sebaliknya jika tidak sama maka pikiran yang bersangkutan akan terbuka . Selanjutnya dia kritis menerima apapun konten yang masuk padanya.

Kita mungkin ingat kisah kekalahan umat Islam di Thaif yang lebih berat dari kekalahan di Perang Uhud. Tetapi ketika malaikat menawarkan membinasakan penduduk Thaif, tidak dimanfaatkan oleh Nabi Muhammad. 

Beliau menolaknya dan mengatakan bahwa Beliau berharap agar dari keturunan Thaif akan lahir orang yang beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukanNYA dengan apapun.

Sehingga dengan jelas dan mengamini bahwa Islam mengajarkan rasa cinta dan kedamaian. Bukan malah perpecahan dan permusuhan. Karena itu wajah dai-dai yang mengajarkan kekerasan dan permusuhan di sosial media hendaknya kita lupakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun