"Mobil itu sudah disiapkan untuk mengantar kalian pulang ke asrama dan kalian bebas mengunakannya untuk mampir ke tempat yang kalian inginkan," kata pak Mark. "Dan ini ada bingkisan dari pak Xie," lanjutnya sambil mengambil kantong kertas dari tangan istri yang berdiri di samping.Â
Aku mewakili yang lain menerima kantong kertas itu.
"Seharusnya hari ini kalian berenam nengadakan pesta perpisahan Bintang, Shidd, dan Shotaro. Tapi, takdir berkata lain. Pak Xie sudah dari jauh hari memesan bingkisan itu ke ibu mertua," kata pak Mark sambil memandang kami satu persatu dengan tersenyum.
Kami pamit pulang setelah selesai foto bersama keluarga besar Xie, Ma, dan Lu. DX berjanji akan mengirim hasil foto ke toko kue secepatnya.
Pak Xie, dimakamkan di pemakaman daerah Tianshou yang berjarak sekitar 30 menit naik mobil dari asrama.
"Kira-kira aku bisa hidup hingga usia 78 tahun tidak?" Kang Xi Ka bertanya ke diri sendiri ketika kami masuk duduk di dalam mobil.
Pak Xie meninggal dalam usia 78 tahun.
"Wajahnya terlihat sangat teduh. Apa aku nanti bisa meninggal seperti itu?" Shotaro ikutan bertanya pada diri sendiri.
"Bintang, isi kantong itu apa?" tanya DX menatapku dengan wajah penasaran.
Aku yang dari tadi diam merenung langsung tersentak kaget.
"Iya, Bintang buka. Aku penasaran isinya," timpal Shidd.