Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pintu Depan 12

18 April 2022   14:47 Diperbarui: 18 April 2022   14:51 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tengah malam, perutku melilit sakit karena lapar. Rasa sakit tidak tertahankan memaksaku untuk bangun berdiri pergi cari makan. Aku sebenarnya malas makan karena malas sikat gigi lagi setelah makan.

Jam weker menunjukkan pukul 2:25. Kang Xi Ka tertidur sangat lelap di kasur. Ranjang kami terpisah jarak 20 sentimeter. Di samping ranjang masing-masing ada meja belajar. Roti dan pisang pemberian pak Mark ditaruh rapi oleh Kang Xi Ka di meja belajarku. Posisi ranjangku dekat pintu. Aku memutuskan ambil 2 bungkus roti dan sebuah pisang lalu pergi ke ruang makan.

"Shidd! Kamu juga masih bangun!?" tanyaku ke pria berkulit hitam manis yang sedang duduk sambil makan mie di ujung meja dekat jendela menghadap taman belakang. "Woi, Bintang! Tumben jam segini keluar makan di sini," sapanya riang.

Shidd beragama islam yang taat. Dia agak kesusahan memakan makanan asrama dan di luar sana. Menu hari ini tidak cocok dengan lidahnya sehingga dia yang kelaparan memutuskan masak mie mengunakan bumbu sendiri. 

"Aku juga ada susu dan coklat. Mau?" tanyaku sambil menyodorkan pisang ke depannya  "Mau! Aku luar biasa lapar," jawabnya riang. Aku bergegas lari ke kulkas mencari susu dan coklat bertuliskan namaku.

Saat di Bangladesh, dia kuliah tingkat 4 jurusan ilmu sosial dan media. Tahun ini seharusnya dia lulus tapi diundur karena menang program beasiswa ini. Shidd karena nol bahasa mandarin jadi dimasukkan ke program khusus belajar budaya dan bahasa mandarin. Sedangkan aku yang sudah mahir bahasa mandarin dimasukkan ke kelas kuliah umum bahasa dan budaya Tiongkok tingkat 3. 

Selama di sini banyak mahasiswa asli sini yang memanfaatkannya sebagai teman belajar percakapan bahasa Inggris. Shidd dengan senang hati melayani mereka semua.

"Menurutmu bahasa mandarinku sekarang sudah bagus tidak? tanyanya. "Kita tinggal 3 bulan an lagi di sini. Aku tidak mau pulang dengan kondisi berbahasa yang buruk," lanjutnya.

Aku tertawa geli mendengar perkataan polosnya. "Shidd! Bahasa mandarin kamu sudah tingkat maestro!" pujiku. "Serius!?" "Iya! Lafal dan aksen kamu sudah bagus seperti orang asli. Aku yakin sebelum kita pulang pasti kamu akan jadi semakin bagus!" pujiku lagi.

Wajah Shidd memerah karena dipuji aku. "Aku percaya penilaianmu, Bintang!" "Ngomong-ngomong sudah ada rencana untuk libur musim panas? Waktu libur musim dingin aku diwajibkan ikut karyawisata ke Hong Kong. Wajah Hong Kong beda sekali dengan Beijing. Sangat modern. Libur musim panas nanti aku bebas tidak ada acara wajib dari kampus. Kamu nanti ke Shanghai lagi?" tanyanya.

"Entah, belum ada rencana. Beberapa hari ini aku kehilangan minat membuat rencana masa depan..." Shidd memotong ucapanku, "pasti karena kerusuhan di negaramu?" Aku mengangguk lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun