Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tua di Belakang Gereja

18 Oktober 2020   17:11 Diperbarui: 18 Oktober 2020   17:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: facebook.com/望洋庵-405402452848732

Kelas pun mulai dan pemuda berjas itu ternyata fasilitator. Pantas tadi dia seperti terburu-buru. Namanya Cahaya. 

Dia orang pertama di lingkungan gereja yang aku tahu namanya. Saat perayaan tahun baru ada sesi perkenalan tapi orang yang datang saat itu bukan usia OMK maka tidak ada di kelas ini. Suster muda dan tua itu tidak perkenalkan diri dan semua yang datang memanggil mereka suster. 

Cahaya dari pakaian, gesture tubuh, cara bicara, dan bahan pelajaran yang dia buat dalam sekejap aku bisa menebak pekerjaan dia di bidang hukum. 

Selesai kelas aku yang sejak usia OMK tidak pernah tertarik ikut OMK tersadarkan OMK yang ini dan tempat kita berkumpul ternyata... BEDA.

Tempat berkumpul anak muda yang kurindukan itu ada di sini. 3 tahun lalu karena putus asa mendapati kenyataan bahwa organisasi keagamaan pada akhirnya hanya berpusat pada kemajuan diri sendiri maka aku pun berdoa bilang ke Tuhan yang kumau. Dan sekarang tak disangka terkabul!

Aku pun mulai rutin hadir kegiatan doa dan belajar alkitab bersama hingga tak terasa 5 bulan terlewati.

Saat itu Cahaya beritahu bahwa dia dapat beasiswa 2 tahun ke New York. Waktu keberangkatan dia beda 3 minggu dari kepulanganku. 

Tak disangka gereja mengadakan pesta perpisahan untuk kami berdua. 

Tiga minggu sebelum kembali ke Jakarta ada retret kaum muda dan aku diijinkan ikut. Ternyata Cahaya juga ikut. Retret  itu diadakan dua hari satu malam. Aku memutuskan menginap tapi Cahaya pulang pergi. 

Saat retret usai dan kita salaman sambil mengucapkan kata perpisahan, genggaman tangan Cahaya yang kuat membangunkan hati nuraniku bahwa aku tak ingin berpisah. Apalagi mendengar Cahaya spontan berseru,'Jangan Pergi!'

Tapi apa daya perbedaan warga negara dan perjalanan hidup memisahkan kami. Aku hanya dapat berdoa supaya Cahaya hidup bahagia dan minta kepada Tuhan untuk diberi kesempatan bertemu kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun