Mohon tunggu...
Kartika Catur Pelita
Kartika Catur Pelita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis 700-an cerpen. 150 cerpen dimuat 70-an media, di antaranya: Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Nova, Kartini, Republika, Bangka Pos, Solopos, Media Indonesia, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi. Cerpen terpilih di antologi cerpen JOGLO 11 dan 12(Taman Budaya Jawa Tengah, 2011, 2012), antologi 15 Cerpen Inspiratif 2011, 'Membunuh Impian" Annida Online, antologi puisi "Sebatang Rusuk" (Samudra), antologi puisi dwibahasa "Flows into tehe Sink into the Gutter", 126 Penyair(Shell). Buku solo: novel Perjaka, kumcer Balada Orang-Orang Tercinta, Perempuan yang Ngidam Buah Nangka, novel Karimunjawa Love Story. Founder komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Sejenis : Antara Tebu dan Tabu, Manis dan Tangis

28 Oktober 2015   11:00 Diperbarui: 28 Oktober 2015   11:27 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="cerpen semusim bunga merah karya kartika catur pelita dimuat di nova"][/caption][caption caption="cerpen semusim bunga merah karya kartika catur pelita dimuat di nova"]

[/caption]"Aduh Ve...dia menendang perutku!"

"Dia..siapa?"

"Bayiku. Mendekatlah ke perutku, Ve. Rasakan getaran-gerakkannya, detak jantungnya. Duhai, dia begitu kuat. Padahal di USG ia perempuan!"

"Ajaib ya. Aku mendengar kehidupan lain dalam dirimu!"

Salahkah ketika suatu ketika Aida dan Ve  menjalani cinta sejenis? Pelecehan seksual yang dilakukan  paman, ketika Ve berusia 15 tahun, menyemaikan trauma. Bahkan menumbuhkan dendam yang teramat sangat pada  lelaki. Manifestasi dari semuanya, Ve menebar perasaan cinta sejenis pada  Aida,  teman curhat, satu kampus, satu pondokan. Aida yang mau mengerti dirinya.

Aida mencoba menghibur Ve. Kalau akhirnya terbuai dalam dunia cinta sejenis ia tak pernah menyalahkan. Tahun-tahun bersama Ve adalah kenyataan dalam hidup, dalam kisah yang hanya pernah ia baca dalam majalah: cinta sejenis, ternyata pernah mengaluri hidupnya.

Namun pada tahun ketiga tatkala Aida dan Ve melangkah dalam musim bunga merah, datanglah Mas Seto yang jatuh hati pada Aida.

"Hanya orang idiot yang sengaja menusukkkan pisau berkarat ke dadanya sendiri!"

Ketika kemarahan mengguncang dunia, ketika Ve tiba-tiba kembali hadir, dan cinta  dalam musim merah kembali membayang.   Ketika kedurjanaan dan tragedi  terjadi, sebenarnya salah siapa? Cinta sejenis: semanis tebu, atau tabu sepahit empedu?

Saya, Kartika Catur Pelita,(KCP) menuangkannya ke dalam sebuah karya fiksi "Semusim Bunga Merah" yang dimuat di NOVA edisi terbaru,  26 Oktober-1 November  2015. Silakan yang sudah membaca  cerpen  'Semusim Bunga Merah' berkomentar di akun fb saya, Kartika Catur Pelita Pelita. Saya menyediakan doorprise, berupa fiksi saya terbaru, "Balada Orang-orang Tercinta, (Pustaka Puitika,2015). Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun