Mohon tunggu...
Kartika Budiarti
Kartika Budiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Kedua sebagai Bentuk Identitas Baru

3 Mei 2021   21:37 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa memiliki peran penting sebagai sarana komunikasi, sarana mengutarakan perasaan, pikiran, dan pengetahuan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928; dan sebagai bahasa Negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Hartman dan Stork (1972) membedakan variasi berdasarkan latar belakang geografi dan sosial penutur, media yang digunakan, dan pokok pembicaraan. Variasi atau ragam bahasa menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia.

Di Indonesia sendiri bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional yang sering digunakan untuk berkomunikasi. Akan tetapi dengan adanya globalisasi dimana penggunaan teknologi semakin tinggi, lawan bicara atau penerima informasi tidaklah lagi hanya kelompok berbahasa Indonesia saja. Bahkan, masyarakat kelas menengah kini dituntut untuk dapat berbahasa asing terutama bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar masyarakat siap untuk menghadapi era modern dan dapat bersaing secara internasional baik dalam hal ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

Bahasa asing, khususnya bahasa inggris, telah menjadi mata pelajaran muatan lokal di tingkat Sekolah Dasar (SD) sejak tahun 1996. Hal ini bertujuan untuk memberikan fondasi multi bahasa, apalagi peserta didik di tingkat SD berada pada masa golden age, dimana mereka dapat dengan cepat menyerap informasi yang diterima.

Namun kemudian ada masalah-masalah baru yang muncul dengan adanya pembelajaran bahasa asing di usia dini, yaitu nilai pembelajaran bahasa indonesia menjadi lebih rendah dibandingkan bahasa asing. Hal ini dikarenakan para peserta didik memiliki rasa ingin tahu dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mempelajari bahasa baru. Bukan hanya di lingkup pendidikan atau sekolah, penggunaan bahasa asing ini terus berkembang hingga ke pergaulan sehari-hari. Anak-anak mengganti penggunaan bahasa indonesia menjadi bahasa inggris mulai dari satu kata, satu kalimat, hingga akhirnya seiring dengan beranjaknya usia dan kosakata yang didapat mereka dapat berkomunikasi secara utuh menggunakan bahasa asing.

Munculnya media sosial juga menjadi faktor meningkatnya penggunaan bahasa asing di kalangan remaja. Hal ini bukan hanya karena pembaca dari kiriman-kiriman di media sosial yang tidak terbatas wilayah atau negara, tetapi juga karena pengguna merasa tidak perlu bertanggungjawab untuk menjelaskan kiriman mereka di media sosial secara personal dengan pembacanya. Para remaja pengguna media sosial ini tidak perlu memikirkan apakah pembaca memahami bahasa yang disampaikan, yang terpenting bagi mereka adalah mengutarakan pikiran dengan kata-kata yang mampu mengekspresikannya dengan tepat, yang dapat memunculkan kepercayaan diri dan kenyamanan mereka dalam menulis di media sosial. Lalu, mengapa banyak remaja yang lebih nyaman menggunakan bahasa asing yang merupakan bahasa kedua dibandingkan dengan bahasa indonesia yang merupakan bahasa ibu mereka?

Bahasa Baru Membentuk Identitas dan Pemikiran Baru

Konsep yang banyak digunakan dan dipercayai selama beberapa tahun terakhir adalah bahasa kedua membentuk sosok ideal sesuai dengan keinginan penggunanya. Hal ini terlihat dari bahasa tubuh, ekspresi wajah, serta nada bicara yang seringkali berbeda ketika menggunakan bahasa asing dibandingkan dengan saat menggunakan bahasa indonesia.

'Saat berbahasa Indonesia, aku adalah seorang gadis penurut yang patuh terhadap orang tua. Saat berbahasa Inggris, aku adalah anak pembuat onar seperti di series Mean Girls. Saat berbahasa Korea, aku adalah gadis SMA yang sedang jatuh cinta'.

Para remaja membuktikan teori ini dengan cara mereka bersosial media. Di dunia maya, mereka membentuk identitas baru diiringi dengan bahasa yang baru. Hal ini mungkin mereka lakukan karena mereka tidak ingin menggabungkan dunia nyata dengan dunia maya yang mereka jalani. Bisa jadi karena Ia tidak ingin internet persona mereka diketahui oleh rekan di dunia nyata, ataupun sebaliknya.

Penyanyi muda internasional berkebangsaan Indonesia, NIKI, yang populer dengan lagu-lagunya seperti Anaheim, I Like You, dan Lowkey, memulai debutnya langsung secara internasional melalui label 88rising. Hal ini membuatnya harus menggunakan bahasa Inggris untuk kesehariannya mulai dari menulis lagu hingga berkomunikasi meskipun Ia lahir dan besar di kota Tangerang. Banyaknya penggemar dari Indonesia membuat banyaknya juga permintaan untuk NIKI menyapa atau menjawab pertanyaan dari penggemarnya menggunakan bahasa indonesia. Hal ini pun dilakukannya pada vidio tanya jawab di youtube bersama teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun