Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Post-Lebaran Blues: Mengapa Setelah Lebaran Justru Merasa Kosong?

31 Maret 2025   22:24 Diperbarui: 1 April 2025   07:55 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Freepik/sewupari-studio

Lebaran selalu datang dengan kemeriahan: meja makan penuh hidangan istimewa, tawa keluarga yang lama tak bertemu, serta suasana haru saat bersalaman dan saling memaafkan. Namun, begitu gema takbir berangsur hilang dan jalanan kembali lengang, muncul perasaan aneh yang tak bisa diabaikan, hampa. 

Seperti balon yang mendadak kehilangan udaranya, suasana Lebaran yang semarak berganti dengan keheningan yang membingungkan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Dan bagaimana kita bisa mengatasinya?

Dari Euforia ke Kekosongan: Fenomena Post-Lebaran Blues

Sejak berminggu-minggu sebelum Lebaran, kita sudah tenggelam dalam kesibukan: membeli baju baru, menyiapkan THR, merancang perjalanan mudik, hingga menyusun menu khas hari raya. Setiap aspek dipenuhi ekspektasi tinggi dan antusiasme yang menggebu. 

Namun, seperti konser yang akhirnya usai atau pesta besar yang berakhir, ada ruang kosong yang tiba-tiba terasa setelah semua selesai.

Fenomena ini dalam psikologi dikenal sebagai post-celebration blues atau kesedihan pasca-perayaan. Saat otak terbiasa menerima lonjakan hormon kebahagiaan, dopamin dan serotonin, dari kebersamaan dan perayaan, begitu semuanya berakhir, tubuh merasakan "kehilangan". Akibatnya, muncullah rasa jenuh, sedih, atau bahkan sedikit cemas.

Realitas Kembali Menghantam

Setelah berhari-hari menikmati waktu bersama keluarga, tertawa lepas, dan melupakan sejenak beban pekerjaan, kenyataan hidup mulai mengetuk pintu. Tagihan-tagihan tetap harus dibayar, pekerjaan yang menumpuk di kantor sudah menunggu, dan perjalanan balik ke kota membawa kembali rutinitas yang mungkin tak begitu menyenangkan. Transisi ini terasa brutal, seperti mendadak jatuh dari ketinggian ke daratan yang keras.

Tak heran, banyak orang merasa gelisah di hari-hari setelah Lebaran. Mereka yang merantau merasakan kehampaan karena harus kembali jauh dari keluarga. Mereka yang telah menghabiskan banyak uang untuk mudik, bingkisan, dan perayaan mulai dihantui kecemasan finansial. Bahkan ada yang merasa bersalah karena makanan berlimpah selama Lebaran justru membuat berat badan naik drastis.

Bagaimana Mengatasi Kekosongan Ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun