Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid di Titik 0 Palembang

30 April 2021   23:00 Diperbarui: 30 April 2021   23:03 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompasiana Haryadi Yansyah

Rumah saya persis berada di sebrang masjid Nurusshalihin dan Gereja Batak Karo Protestan, Gereja Bethel Indonesia. Beberapa meter dari situ tengah dibangun sebuah vihara. Tidak jauh dari rumah saya pun terdapat dua buah kelenteng. 

Sebuah kampung yang menunjukkan multikulturalisme yang kental. 

Masjid yang dulunya mushallah ini menyimpan  kenangan saya sejak kecil. 

Karena saya tidak pernah pindah dari kampung ini. Karena itu saya begitu mencintai masjid Nurusshalihin ini sebagaimana saya kisahkan di sini. 

Masjid memang tak sekadar rumah ibadah. Karena pembangunan masjid pun dapat menjadi monumen cinta seperti Taj Mahal. 

Di Palembang juga banyak masjid dibangun sebagai monumen cinta sekaligus amal jariyah seperti Masjid As Sayiddah dan Masjid Bajumi Wahab seperti kisah saya di Kisah Cinta Dua Masjid. 

Masjid Kebanggaan Palembang

Palembang, sebagai kota tua menyimpan jejak-jejak sejarah Nusantara. Di Palembang dulu berdiri Kesultanan Palembang Darussalam. 

Salah satu peninggalannya adalah Masjid Sultan Agung Jayo Wikramo. Masyarakat Palembang umumnya masih menyebut Masjid Agung saja. 

Masjid Agung juga bangunan cagar budaya dilindungi oleh undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang cagar budaya serta surat peraturan menteri nomor: PM.19/UM.101/MKP/2009 tentang penetapan objek vital Nasional bidang kebudayaan dan pariwisata.

Gerbang Masjid SM Jayo Wikramo (Dok.Pribadi)
Gerbang Masjid SM Jayo Wikramo (Dok.Pribadi)
Dikutip dari situs Kemdikbud.go.id, masjid ini dibangun pada tahun 1738 M (1151 H) dan peresmiannya pada hari Senin 28 Jumadil Awal 115 H atau 26 Mei 1748.

Memang masjid ini berkali ganti nama,  saat baru berdiri masjid ini disebut Masjid Sultan. 

Lalu pada tahun 1819 dan 1821 dilakukan pemugaran masjid akibat peperangan besar yang berlangsung selama lima hari berturut-turut.

Pemerintah Hindia Belanda yang memberangus Kesultanan Palembang memperbaiki masjid ini. Kemudian nama Masjid Sultan diubah menjadi Masjid Agung.

Titik 0 KM Palembang

Titik 0 KM Palembang (Dok.Pribadi)
Titik 0 KM Palembang (Dok.Pribadi)
Banyak orang sering mengira titik 0 Palembang berada di bundaran air mancur Palembang. Padahal titik 0 KM Palembang berada di masjid ini. 

Penanda berada di trotoar dengan petunjuk kecil saja. 

Dengan posisinya yang tepat berada di tengah kota Palembang, tak mengherankan jemaat shalat ied sebelum terjadi pandemi covid 19 membludak bahkan hingga ke jembatan Ampera. 

Sumber: Tribunnews.com.
Sumber: Tribunnews.com.
Suatu kebanggaan tersendiri dapat melaksanakan shalat ied di Masjid SM Jaya Wikramo. Dari berbagai penjuru kota Palembang, masyarakat mendatanginya sebelum subuh. 

Sejak dulu, saya ingin ikut dalam keramaian ini. Namun sampai detik ini belum terlaksana. Apalagi pandemi belum berakhir, keinginan tersebut harus dikubur dulu. Semoga pandemi segera berakhir agar kenikmatan ibadah di masjid semacam ini dapat terlaksana. 

Jika jalan-jalan ke Palembang, tidak afdol rasanya jika tidak menyempatkan shalat ataupun sekadar menyambangi tempat ini. 

Ayo main ke Palembang, setelah kunjungi masjid SM Jayawikramo, kita bisa hunting kuliner khas Palembang dengan berjalan kaki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun