Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

RIP JK Rowling: Isu Transpuan, Siapa yang Kurang Peka?

15 September 2020   13:13 Diperbarui: 15 September 2020   13:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Trouble Blood (Dok. Goodreads)

Iseng sambil masak bekal suami (biar dibilang istri shaliha gitu loh), nungguin nasi matang di rice cooker buka twitter.  Kager dengan trending hastag #RIPJKRowling.

Watatith, apakah yang terjadi gerangan? Serangan fantastic beast besar-besaran atau  dementor  penyebab kematiannya?.  

Bernyata bukan kematian JK Rowling, tapi aki protes akan kelakuannya yang dianggap transphobia dengan peluncuran buku terbarunya.  "Trouble Blood".  JK Rowling menggunakan nama samaran  Robert Galbraith. 

Novel ini serial ke-dua petualangan detektif Cormoran Strike, yang rencananya akan diluncurkan pada hari ini, 15 September 2020. Sehari sebelum peluncuran sudah trending topic twitter karena komentar kontroversinya terhadap komunitas transgender.

Sebelumnya, JK Rowling pernah menulis esay tentang pandangannya mengenai sex dan gender.  Kelompok transpuan menganggap ini sebagai bentuk transphobia.  Terutama saat ia mengetwit dukungan terhadap Maya Forstater yang anti trans. Maya adalah seorang peneliti yang kehilangan  pekerjaan sebagai konsultan pajak di the Centre for Global Development karena pandangannya bahwa "laki-laki tak bisa berganti menjadi perempuan". 

Hari ini, pengecaman melalui twitter semakin mengemuka terkait dengan isi buku terbarunya yang konon "Inti dari buku itu adalah penyelidikan kasus dingin: hilangnya GP Margot Bamborough pada tahun 1974, yang diduga menjadi korban Dennis Creed, seorang waria pembunuh berantai," tulis Telegraph dalam review novel tersebut.

Komen dulu, Baru Baca

Banyak twit yang mengungkapkan keduakaannya pada tagar #RIPJKRowling. Kecele? nggak juga sih. Udah biasa di media sosial ada  tagar tertentu akan bahas yang sangat jauh berbeda sesuai dengan intepretasi sendiri.  Main media sosial juga seringkali iseng, kenapa juga harus repot untuk mencari klarifikasinya toh?.

Meski seringkali juga twitter menjadi sumber berita (baca ghibah) yang sama halnya dengan obrolan warung kopi sambil lalu. Beberapa menit kemudian akan hilang. 

Tapi masalahnya twiter ini punya pengaruh kuat pada isu yang mengemuka dan tak dapat dipungkiri dapat menjadi strategi jitu marketing. Ya maag, kami menduga demikian.

Terlebih saat membuat goodreads, justru diriku bingung buku yang belum diluncurkan malah sudah ada rate-nya,2.63.  Jujur saja selama ini membuka goodreads ingin melihat review buku yang ingin dibaca saja. Tidak melihat pada  buku yang akan diluncurkan kecuali hari ini. Bagaimana caranya merating buku yang belum dibaca? ada 297 rating dan 94 reviews.  Ah... penasaran dengan sistem goodreads.

Isu Transpuan, Siapa yang Kurang Peka?

Saya pribadi secara terang-terangan menyatakan saya tidak pernah membenci transpuan. Tetapi saya juga tidak menginginkan adanya superioritas pada gender manapun.   Baik sebagai korban maupun pelaku.

Secara subjektif seringkali seringkali isu transpuan akan lebih di-blew up atas nama kesetaraan. Nilai kemanusiaan dalam banak saya mencoba saling memahami satu sama lain, untuk ikut merasakan.  

Anehnya, menyuarakan tidak bersedia di-bully dengan melakukan pembullyan terhadap orang yang berbeda pemikiran. Tuntutan kesetaraannya dimana?. Isu-isu sensitif demikian memang menuntut kepekaan semua pihak, ketika orang lain salah dalam pandangan anda apakah anda memiliki kebenaran mutlak?. 

Apakah karena identitas tertentu tidak boleh menjadi tokoh jahat di sebuah novel?.   Jika ini dianggap sebuah provokasi pada komunitas tertentu, apakah justru itu bukan wujud ekslusifitas diri. Teriak meminta kesetaraan tetapi sudah tidak adil dalam pemikiran dengan berbagai asumsi yang dibuat sendiri dengan fakta-fakta yang justru membingungkan.

Saya berduka dengan peningkatanya jumlah kematian pada trangender, tetapi menggunkan pola kampanye dengan memojokkan orang-orang yang peduli dengan sesama perempuan sendiri bukan langkah yang tepat juga.

Selamat siang, salam kompal selalu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun