Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampanye PBB Anti Diskriminasi tapi Diskriminan?

2 Juni 2020   08:38 Diperbarui: 2 Juni 2020   08:41 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 Juni diperingati Bangsa Indonesia sebagai hari lahir Pancasila, juga diperingati sebagai bulan Sukarno. Dunia menjadikan bulan juni sebagai pride month. Satu benang merahnya adalah anti diskrimininasi apapun bentuknya. 

Isu diskriminasi rasial termasuk xenophobia makin mencuat sejak masa pandemi covid 19 ini. Di beberapa negara ras tertentu dianggap sebagai pembawa virus corona, sebut saja mahasiswa India etnis tertentu dengan warna kulit dan mata yang menyerupai orang Cina pun mendapat perlakuan buruk karena dianggap sebagai pembawa virus corona. 

Demikian pula di Italia, etnis Tionghoa mendapat perundungan dengan isu virus Tiongkok. Bahkan di Cina sendiri yang dituduh sebagai negara sumber virus ini isu diskriminasi terhadap ras kulit hitam pun terjadi. Isu ini semakin merembet tidak hanya pada ras atau etnis tertentu, bahkan pada agama. Sejak pandemi covid 19 Islamophobia diberitakan semakin meningkat di India, meski akhirnya melunak karena ada kecaman dari Timur Tengah.

Isu mengenai diskriminasi semakin mengemuka ke ketika terjadi riot di negeri selebritis,negeri Paman Sam. Di masa pandemi covid 19 ini  negara polisi dunia ini kacau balau dengan berbagai tindakan anarkis warganya yang memprotes keras tindakan diskriminiasi black live matter, yang dipicu tewasnya Geoge Floyd akibat tindakan represif petugas kepolisian yang melakukan tindakan terhadapnya. 

Kampanye  Anti Diskriminasi UN di Twitter

Beberapa hari ini melakukan kampanye anti diskriminasi melalui akun resmi twitternya dengan tagar #StandUp4HumanRights. Pesan sederhana layaknya twit umumnya yang memang singkat terbatas karakter.    

"Stop Racism, Stop Anti Semitism, Stop Xenophobia, Stop Intolerance, We All can #StandUp4HumanRights and stop build a world free of discrimination, hate and violance"

Sebuah pesan indah buat dunia, meski buat beberapa masyarakat tertentu mangapa anti semitism menjadi begitu istimewa. Apakah sebegitu beratnya diskriminasi terhadap golongan itu hingga mendapat keistimewaan disebut secara khusus, sebegitu pentingkah isu anti semitism yang memang telah diangkat di negeri Paman Sam beberapa waktu lalu. 

Betul bahwa nilai kemanusian yang adil dan beradab  yang terkandung dalam Pancasila juga mengandung pesan bahwa sebagai warga dunia bangsa Indonesia untuk anti diskriminasi,apapun bentuknya. 

Tetapi tetap menjadi tanda tanya apakah karena semitism ini benar-benar mengancam dunia. Di Indonesia sendiri sulit juga dinyatakan  bebas anti semitism walapupun  tidak ada data resmu pemeluknya di negeri ini .  Meski tidak mendapat perundungan secara fisik  ya karena memang tidak ada yang bisa dirundung secara fisik. 

Banyak sekali orang yang benci Yahudi sekaligus mengajak membenci Yahudi, padahal tidak pernah berinteraksi langsung. Mulai dari boikot produk, hingga segala perbuatan buruk seperti LGBTQI  adalah ajaran Yahudi.  Yahudi adalah contoh buruk yang dapat merusak keimanan, jangan sampai menyerupai Yahudi.  Karena siapa yang menyerupai suatu kaum adalah bagian dari kaum itu sendiri. Ya jangan bingung juga jika yang teriak-teriak itu juga mengharamkan makan babi dan menjalankan mohel juga kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun