Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hilal Rezeki Halal

23 Mei 2020   08:29 Diperbarui: 23 Mei 2020   09:06 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku gak masalah Mas gak lebaranan, gak punya baju baru. Tapi anak-anak gimana, meski mereka gak perlu pergi kemana-mana, mereka akan tetap sanjo online ke teman-temanya, gurunya, kerabat kita. Gak mungkin mereka gak paka baju yang pantas. Belum lagi SPP mereka. Sebentar lagi juga tahun ajaran baru. Coba Mas gak keburu-buru ambil langkah pensiun dini". Celoteh Arini yang tiba-tiba terhenti saat ia menyadari suaminya menatapnya begitu tajam.

Arini diam, ia tahu jika meneruskan celotehannya, ia akan dapat tausiyah panjang dari suaminya. Cukup sudah ia diceramahi suaminya, ketika memutuskan untuk berhenti berjualan online selama ini. Sejak kelahiran Syafa Arini berhenti bekerja atas permintaan Iqbal. Arini hanya bertugas sebagai ibu dari anak-anak mereka. Mencari nafkah adalah tanggung jawab Iqbal. Arini tidak boleh bekerja apapun bentuknya.  Hingga lahir Malik, Hamka, kemudian Fadhlan, Furqon, Hananiah, yang sekarang ketiganya tinggal di rumah Ibu Arini. Arini pun saat ini tengah mengandung lagi. Jika 2 putra mereka tidak meninggal saat dilahirkan dengan 4 kali keguguran rumah itu akan diramaikan dengan 12 anak, dan sebentar lagi akan lahir yang ke-13. 

"Menurut perhitungan dokter kapan anak ini akan  lahir?", tanya Iqbal.

"Seminggu atau dua minggu lagi"sahut Arini dengan matanya sibuk pada layar hape melhat instastory . Mereka diam terbenam dalam pikiran masing-masing.

*******

Arini merasakan sakit pinggang yang luar biasa, ia tahu ini sebentar lagi. Tetapi ia tak ingin mengganggu suaminya yang tengah kajian online di hari terakhir ramadhan. Ia mengambil air dan meneguknya.

"Datang bulan?", Iqbal bertanya.

Arini diam, bagaimana mungkin pertanyaan sekonyol itu keluar dari laki-laki yang telah menikah dengannya selama 16 tahun. Arini meringis hingga akhirnya ia jatuh. Iqbal segera menyongsong Arini dan mengangkatnya ke mobil. Syafa yang sudah terbiasa pun segera menyiapkan tas untuk persalinan ibunya ke dalam mobil. Mengajak adik-adiknya masuk rumah dan menguncinya saat Abinya keluar dengan  bergegas. 

Ketupat (Dok.Pribadi)
Ketupat (Dok.Pribadi)
Syafa menelpon neneknya yang sibuk menyiapkan malbi, rendang, opor ayam, sambal goreng, sambal nanas ati ampela dan merebus ketupat dan lepat di rumah mempersiapkan lebaran besok.  Meski di usia senja, Cek Edah ibunya Arini masih sangat jago menyiapkan masakan jumlah besar. Bahkan beliau masih dipercaya sebagai panggung (Kepala Juru Masakan untuk Acara Sedekahan). 

 Tahun ini ia memasak dalam jumlah besar karena kedua anaknya tak pulang ke rumah. Ia berniat mengirimkannya ke rumah anak-anaknya, sekaligus menyiapkan untuk hampers lebaran beberapa teman anak-anaknya.  Syafa hanya bermaksud mengabarkan neneknya, ia tidak dapat datang membantu neneknya untuk packing masakan neneknya, ia akan disibukkan mengurus adik-adiknya. Karena semua adik-adiknya sudah ada di rumah.

Malam itu, takbiran masih terdengar sayup-sayup dari beberapa pengeras suara masjid. Sayangnya tak terdengar di ruang kamar Arini yang tengah terbaring lemah. Nyeri masih ia rasakan, termasuk pada bekas epidural yang baru pertama kali ia rasakan. Tindakan caesar diambil karena bayinya sungsang. Entah mengapa ia harus sungsang, USG terakhir posisi lahirnya sangat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun