Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tabula Rasa (2014), Cita Rasa Karena Cinta

9 Mei 2020   03:13 Diperbarui: 9 Mei 2020   03:12 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabula Rasa (Sumber:haigrid.id)

Hans yang sangat bahagia, bukan hanya sekadar dibantu oleh Uda Parmanto. Tetapi ia mampu merasakan lenyapnya dendam Pace Uda (Panggilan Hans pada Uda Parmanto)  terhadap dirinya. Hans dengan berbesar hati mengajak Pace Uda Parmanto kembali bergabung. Tetapi Uda Parmanto juga sudah lapang dada menyerahkan pekerjaan itu pada anak muda berbakat ini.  "Tidak boleh ada dua nakhoda dalam sebuah kapal", ujar Uda Parmanto.

Meski cerita sederhana, akan ada makna mendalam yang disampaikan dalam film ini mengenai solidaritas, yang tentu akan dapat anda rasakan saat menontonnya sendiri.  

Kita tentu tak mungkin dapat menikmati rasa rendang dari kunyahan orang lain bukan.Rasa solidaritas itu selayaknya memperlakukan pembuatan rendang, perlu kesabaran  den perlu kehati-hatian "Kurang Kacau cik kambingan tak lampau kacau bapantingan" pesan Mak pada Hans saat mengajarkan masak rendang pada Hans. 

Rendang itu sama dengan solidaritas, rasa daging, rempah, cabe dan santan itu tetap pada rasa mereka, tidak saling meniadakan karena proses yang benar.  

Menyatu sebagai sebuah cita rasa yang harmoni.  Solidaritas itu bukan berarti mematikan rasa, tetapi menjadikan semua rasa menyatu secara harmoni. Rendang berasal dari kata Marandang, yang artinya mengaduk terus menerus tanpa henti,mengeringkan air dalam gulai agar bumbu dapat meresap sempurna dalam daging yang diolah. 

Terlebih rendang juga serapan masakan dari berbagai suku  bangsa dengan citarasa tersendiri yang menjadikannya sebagai masakah terlezat di dunia.

Menanamkan nilai soidaritas tidak harus menggabarkan konflik perbedaan SARA, film ini mampu mengemas tema ini dengan sangat halus dengan balutan cerita sederhana yang mudah dicerna siapa saja. 

Tidak ada salahnya menonton bersama dan mengajak teman atau keluarga berdiskusi tentang nilai-nilai solidaritas yang sempet dianggap sebuah "kebodohan". Memupuk solidaritas itu dimulai dari hal yang kecil, sederhana, dan dalam keseharian kita. Jadi tidak harus mencari contoh yang ekstrim bukan?

Tontonan bagus meski tak kurekoemndasikan buat yang tak tahan godaan menonton ini di saat puasa. Kalo kami sih, kadang menunggu waktu berbuka pun kami nonton mukbang.

Salam Kompal Selalu. Tetap bahagia.

Logo Kompal (Dok.WAG Kompal)
Logo Kompal (Dok.WAG Kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun