Menonton film yang diangkat dari adaptasi novel itu kadang memunculkan kegalauan jika pernah membacanya. Â Karena itulah,seharusnya kami menonton film ini minggu lalu, ditunda untuk cari tahu dulu pendapat teman-teman tentang film ini dulu. He..he jadi agak telat untuk reveiwnya.
Film ini diangkat novel klasik karya Jack London dengan judul yang sama. Novel ini telah berusia lebih dari 12 dekade. Tentu akan sia-sia jika saya memberi warning spoiler alert.Bercerita tentang  Buck, seekor anjing peliharaan yang super besar, nakal dengan kecerdasannya karena dari kecil hidup manja di keluarga hakim yang kaya raya dan sangat dihormati. Bahkan warga Sun Kissed Valley California untuk menegur kelakuan anjingnya yang usil itu pun mereka segan.
Lalu sebuah tragedi terjadi, nasib tragis menimpa dirinya karena Buck tiba-tiba diculik dari rumahnya. Perjalanan panjang penuh derita dari kereta, Â kereta api hingga kapal laut tanpa ia tahu berada di mana dan akan kemana. Â
Lalu kisah pilu ini berlanjut saat tiba di suatu tempat laki-laki bersweater merah yang memperkenalkan ia law of club and fang.
Perjalanan ia kemudian menjadi anjing pekerja keras dengan timnya sebagai pengantar surat melalui perjalanan bersalju yang mengerikan  ke Klondike yang memanjakan mata penonton dengan pemandangan salju dan aurora borelis.
Latar waktu cerita sekitar 1890-an, orang-orang tengah mengejar mimpinya untuk kaya dengan menjadi penambang emas, meski nyawa taruhannya.
Cerita ini berakhir dengan Buck  memenuhi panggilan alam saat ia bertualang ke pegunungan eksotis di  Yukon Alaska.
"Film yang membuat Warming heart" adalah pujian yang disematkan oleh beberapa teman kala menonton film ini.
Saya mencoba membongkar laci memori saya tentang novel ini. Karena  dalam ingatan saya justru film ini menceritakan eksploitasi kejam pada kawanan anjing, bahkan bukan anjing penarik kereta pun dipaksa menjadi pekerja dengan upah tak layak berupa makan yang tak cukup dan waktu istirahat yang sangat-sangat kurang. Bayangkan  2500 mil dalam waktu 5 bulan di kawasan berbahaya.
Namun tampaknya, demi tuntutan kekinian, dimana aktifis peduli anak dan hewan mengawasi segala bentuk eksploitasi anak dan hewan. Termasuk  menampilkan segala bentuk kekerasan pada anak (apalagi penyiksaan hewan). Film ini dibuat dengan CGI, jadi sangat beda dengan Bethoven atau film yang melibatkan hewan lainnya.
Efek CGI memang sangat menakjubkan, yang sempat dapat pujian Peta, yg bikin aku mikir jg pantes aja ceritanya begitu "ngeloyor" dari drama di novelnya jangan2 gara2 diawasi Peta.
Meski ada adegan pertarungan, tak ada luka dan darah dalam film ini. Â Buck seperti anjing super yang tidak mudah luka dan hanya dapat sembuh dengan tidur.