Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bubur Syuro Menu Takjil Bukber

9 Mei 2019   20:53 Diperbarui: 9 Mei 2019   20:57 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sih tradisi ramadan di Palembang. Agak sulit juga saya menjawabnya. Setahu saya, tidak banyak tradisi unik bulan ramadan di Palembang.
Asmara subuh atau buka bersama yang diselenggarakan di masjid. Di kampung saya setiap bulan ramadan keluarga besar menyelenggarakan iftar di masjid secara bergantian.

Saya kira hampir sama dengan tradisi di tempat lain.

Saya lahir dan dibesarkan di sebuah kampung di Kota Palembang, jauh dari Sungai Musi dengan penduduk suku terbesar suku jawa dan Tionghoa.
Sehingga saya tidak terlalu mengenal Palembang asli yang umumnya berada disekitar sungai Musi. Termasuk akulturasi budaya keturunan Arab di kampung tempat suami saya menghabiskan masa kecilnya. Sekitar 5 KM dari kampung saya.

Mungkin kompasianer tidak asing mendengar bubur syuro. Bubur yang sering dihidangkan di bulan muharam atau hari Assyura.
Syahdan dikisahkan pembagian bubur syuro di masjid-masjid  itu bentuk peringatan rasa syukur.

Banyak peristiwa penting pada tanggal 10 muharam,  antara lain hari bahtera Nabi Nuh dapat merapat ke darat, selamat dari bencana banjir terbesar yang dialami manusia. Nabi Yunus keluar dari perut ikan paus. Nabi Musa selamat dari kejaran Firaun dan terakhir hari anak yatim Assyura dengan peristiwa Karbala. Duh.. menuliskan peristiwa karbala sebagai peringatan assyura kok terasa sensitif ya.

Bubur  syuro terbuat dari beras yang dimasak dengan santan berbumbu kari ditambah dengan sayur, daging, umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Tak ada kemenangan penikmat bubur tidak diaduk,karena bubur syuro dipastikan diaduk.

Jika bubur suro ini pada umumnya diperoleh pada hari Assyura. Di Palembang, khususnya di Masjid Mahmudiyah, salah satu masjid tertua di Palembang yang bertempat  di jalan Ki Gede Ing Suro 30 Ilir.

Ki Gede Ing Suro sendiri adalah nama pendiri Kesultanan Palembang yang bercorak Islam, jadi di Palembang bukan hanya Sriwijaya.
Bubur suro menjadi menu buka bersama yang dibagikan secara gratis kepada jemaat yang hadir di masjid tersebut.

Tidak sedikit masyarakat yang sengaja datang untuk dibawa pulang, meski porsinya dibatasi.
Menu ini juga tidak dijual dimanapun. Baik secara pribadi maupun di toko atau warung makanan.  Resep rahasia bubur suro ini dijaga dan diwariskan dengan baik kepada pengurus masjid secara turun temurun.

Sejarah panjang tradisi ini yang diyakini telah lebih dari seabad memunculkan romantisme tersendiri bagi penikmat bubur suro saat buka bersama selama bulan ramadan.

Tradisi ini diyakini telah berjalan sejak masjid ini berdiri di tahun 1889 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun