Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Jin Dikurung Saat Ramadan?

30 Mei 2018   05:46 Diperbarui: 30 Mei 2018   07:16 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Yadi sedang sibuk-sibuknya belajar ilmu kebatinan. Ia berupaya keras untuk menaikkan kadar auranya yang biru makin mendekati indigo. Logika dia sih warna aura itu layaknya warna kabel transistor gitu, sedikit yang dia hafalin dari pelajaran SMP dia,padahal setiap pelajaran itu dia selalu nyontek dengan Deddy, anak guru biologi yang jago banget segala ilmu pasti.

Dia ingat jembatan keledai untuk menghafalnya "hicomeokuhibiviapu, Hitam, coklat, merah, oranye, kuning, biru, hijau, biru, violet, abu-abu, putih".

Di mana ia percaya warna violet (ungu) adalah warna paling ideal untuk dapat berinteraksi dengan makhluk astral. Tidak bisa lebih tinggi daripada itu. Karna aura abu-abu dan putih artinya mereka sudah jadi makhluk astral.

"Gue butuh nomor kode toto singapura nih, buat THR"tiba-tiba Mang Dues konsultasi dengan Mbah Yadi.

"Lah...mau menang kode buntut yang berapa kamu?, ingat Dues. Ini ramadan, masa' kamu mau berjudi demi bayar THR karyawan gitu?"tukas Mbah Yadi.

"Ya semilyar lah Mbah, aku cuma butuh 300 juta buat bayar THR karyawan, 100 juta buat sahur on the road pas laga Liverpool lawan Real Madrid plus doorprize dan pemenang tebak skor,dan 50 juta lagi buat buka bersama anak yatim, 50 juta buat belanja lebaran saya. 500 juta buat infaq terbaik saya kepada anda"sahut Dues.

"Wah..bagus itu..bagus"sahut Mbah Yadi.

"Kalo gitu kita panggil aja Tante Kunti (Kuntilanak) Ara dan si Gondo (Gondoruwo) Santo buat kasih kode buntut"sahut Mbah Yadi yang langsung membakar menyan madu yang ia beli di toko bumbu berlabel halal MUI di pasar 16 Ilir Palembang.

Ini penting, menjamin bahwa proses pemanggilan jin lebih syar'i..

"Eh..mbah Yadi, bukannya di bulan ramadan semua setan dibelenggu ya. Gimana cara kita panggil mereka. Malaikat Malik kan gak bisa disogok pake bau menyan dan minyak wangi air mata duyung (sumpah ini bukan endorse, demi kepentingan cerita aja" tiba-tiba Mang Dues menyeletuk.

"Iya juga ya, jadi gimana nih"sahut Mbah Yadi yang kebingungan.

Namun tiba-tiba munculah satu makhluk berambut panjang dengan  baju panjang menjuntai berwarna putih kumal."Hi hi hi...  manusia kok bego ya...hi hi..." tiba-tiba Kunti Ara nongol dari balik makam. Mulut Yadi langsung komat-kamit membaca apa saja berupaya mengusir.

Belum hilang kaget munculnya sang kuntilanak, tiba-tiba muncul makhluk hitam, kekar berambut keriting gak jelas, berbulu lebat dan hanya menggunakan cawat dengan suara besar menggelar

"Woi.. kalian yang panggil kami kok malah bacain ayat-ayat suci buat ngusir lagi" Gondo Santo protes keras yang ikutan nongo.

"Iya nih Mbah Yadi ah.... Kesempatan buat nanya  nomor buntut tosin" sahut Dues kegirangan.

"Sebentar, kok kalian bisa lolos dari gerbang  neraka sih?"Mbah Yadi masih bingung soal keberadaan dua makhluk astral ini di bulan ramadan.

"Hi hi..bego' ah... mengkaji hal  sederhana gini aja susah. Setan itu ya hawa nafsu kalian, bukan bangsa jin seperti kami...hi hi" Kunti Ara mencoba menjelaskan.

"Ho'oh...kalo kalian melanggar segala perintah Tuhan kalian di bulan  ramadan itu, artinya kalian gak bisa fitnah bangsa setan lagi sebagai provokator perbuatan kalian" timpal si Gondo Santo.

"Lagian itu setan Bo', yang ada di batin kalian, hati dan setiap persendian dan urat untuk mengajak kalian berbuat jahat. Kalo kami bangsa jin, bukan setan" sahut Kunti Ara dengan muka jutek.(Ehmmm..kira2 gitu deh, soalnya kuntilanak jarang liatin muka apalagi ekspresi).

"Hooo... ya benar-benar juga, makanya perlu banyak menyebut nama Tuhan buat tidak terjebak dalam perbuatan keji dan mungkar"sahut Mang Dues.

"Halah.... umaroh kalian aja tebak skor bola liverpool lawan madrid aja bawa-bawa nama Tuhan kalian kok" sahut Gondo Yanto keki. (tebakan skornya salah total karna pujaan dia cedera, memuja pemain karena seagama lah lupa kubu sebelah pelatihnya juga agama. Entah nonton bola yang mestinya fairplay dan bebas diskriminasi bentuk apapun, mana yang ngomong wakil kami di Senayan pula, apa gak senewen tuh- Penulis Curcol)

"Haaaa... jadi ingat lagi aku, jadi berapa nomor tosin paling jitu?"tanya Dues.

"Antara 1-4" jawab Gondo Santo.

"Hah...kombinasinya banyak betul kalo gitu, yang bener aja"protes Dues keki.

"Lah kalo nyebut satu nomor nanti dikira timses pilkada pula"sahut Kunti Ara dengan nada jutek.

"Baliho sosialisasi Asian games aja dianggap pendukung calon tertentu"sahut Kunti Ara sewot.

"Siapa tuh?"tanya Dues heran.

"Itu..salah satu kompasianer Palembang yang tiap hari ngelaba, tapi pas disuruh buat cerita lucu ramadan dianya bingung, sampe lihat baliho arah bandara aja gagal fokus"sahut kunti Ara geregetan.

(Emang salah eyke galfok, lah masa' foto atlit bulu tangkis lagi tanding jari tangannya bisa menunjuk angka tertentu, dipasang  di dekat pintu masuk Bandara, eh...sekali lagi penulis bukan mendiskreditkan pasangan tertentu. Malah ada yang mengira kita timses pasangan itu. Itu tuduhan lebih parah lagi, mana ada timses mau ngajak emak galau- eh penulis curcol lagi).

"Nah loh...4 kan angka kematian. Gak berani pasang lah aku"sahut Dues lagi.(Ini korban cerpen yang dibuat penulis, sekali lagi gak ada kaitannya dengan nomor kandidat atau nomor partai).

"Ya sudah.. besok bangun lebih pagi, shalat taubat, shalat tahajud zikir banyak-banyak, kalo rezeki Tuhan akan kirim kode buntut paling jitu"sahut Mbah Yadi.

"Oh..ya..ya..usulan baik itu, apalagi kalo mampu sampe malam lailatul qodr, berlipat gandalah pula rezeki. Ya sudah aku pulang dan mau tidur dulu ya"jawab Dues berpamitan.

Ya begitulah Dues, yang sama dengan penulisnya, galau dengan ibadahnya di bulan ramadan. Berupaya ikhlas malah banggain ibadah.Berusaha baik, malah suudzon. Bahkan hak dan batil pun dijalankan berbarengan saat bulan ramadan.

Mana lagi yang lebih lucu dalam kehidupan menjalankan ramadan dari sebuah ironi "membawa-bawa nama Tuhan untuk me"legal"kan kekejian dan mengikuti hawa nafsu, dan itu yang kita lakukan dan kita, tanpa kita sadari. Soal kunti dan gondo, mereka bangsa Jin (fiktif belaka), jadi gak dikurung di neraka di bulan ramadan. Katak dan Kodok saja ada klasifikasinya masing-masing.

Masa' jin dan setan dimasukkan dalan klasifikasi yang sama.

Logo KOMPAL
Logo KOMPAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun