Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cintai Dulu Masjid di Dekatmu

20 Mei 2018   06:58 Diperbarui: 20 Mei 2018   12:50 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandangan pagi ini, main bola asyik di lapangan masjid (Dok.Pribadi)

Tanah yang dimilikinya pun tak luas, hanya pas-pasan tetapi dengan ikhlas ia mewakafkan sebagian hartanya untuk membangun rumah ibadah.

Kata almarhum Mbahku, saat itu kampung kami mayoritas suku jawa yang umumnya menganut Kejawen Sapto Darmo (di KTP tertera Islam) dan Etnis Hakka yang menganut Kong Hu Chu (Di KTP tertera Budha).

Sejak awal pendiriannya semangatnya adalah gotong royong, swadana dan swadaya dalam pendiriannya. Tanah tempat berdiri menjadi tanah wakaf.

Cukup lama statusnya sebagai mushallah, sehingga untuk melaksanakan shalat Jumat penduduk kampung kami ke Masjid Darussaid yang berada sekitar 700 meter dari kampung di Jalan Kenten Raya atau secara resmi bernama Jalan Muchtar Prabu Mangkunegara, masjid yang dibangun oleh keluarga berpunya di daerah kami.

Beberapa kali musala dipugar hingga menjadi bangunan permanen, dengan tetap upaya swadana dan swadaya. Jika dulu, semasa menjadi peringatan hari besar Islam dilakukan dengan urunan. membawa potluck masing-masing dari rumah. Untuk dinikmati bersama.

Kampung saya kedaulatan pangannya masih berjaya di era 80-an akhir, jika penganan dari singkong hanya tinggal cabut dari kebun, bahkan ada variasi kacang tanah, kedele dan jagung.

Pun bancaan semacam sedekah bumi diselenggarakan di mushallah kami, jika beruntung maka ayam panggang yang dicubit-cubit untuk dibagi sekampung itu akan kami nikmati dengan sukacita.

Mungkin karena saya masih kecil, sehingga belum pernah terdengar orang yang menunjuk hidung kami sambil berteriak bid'ah. Baik yang memang ibadahnya yahud atau sekedar datang untuk ukut bancaan tidak akan dipermasalahkan, yang penting kebersamaan.

Kajian rutin mingguan mulai diadakan untuk memperdalam pemahaman fiqh di awal 90-an. Sekitar awal 2000-an, mulai terasa kebutuhan akan peningkatan status mushallah menjadi masjid.

Bukan persoalan gerah atau gengsi dengan umpatan orang luar kampung kami yang selalu geleng-geleng kepala membandingkan pembangunan megahnya gereja di sebelah rumah kami dengan mushallah kami yang kecil.

Bagi kami ini hanya soal kebutuhan seiring dengan pertumbuhan populasi kami yang semakin meningkat. Awalnya tetap niat swadaya dan swadana.
Tetapi berdasarkan musyawarah para sepuh, pembangunan masjid pun menerima sumbangan baik perorangan maupun institusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun