Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Di Palembang, Nasi pun Jadi Pempek

16 April 2018   15:06 Diperbarui: 19 April 2018   07:04 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pempek, merupakan makanan olahan berbahan dasar ikan, tapioka, air dan garam ini adalah makanan khas dari Palembang yang sebenarnya sulit identifikasinya dalam penyajian.

Jika ada yang mengkategorikannya makanan ringan, makanan ini mengandung karbo dan protein yang tinggi juga sangat mengenyangkan. Tetapi tidak dapat digolongkan menjadi main course juga.

Kapan dihidangkan? Kapan saja bisa mau sarapan, brunch, makan siang, tea time sewaktu sore, malam hari, bahkan mas Isjet yang 2 tahun lalu berkunjung ke Palembang menyantap menu pempek yang dihidangkan oleh salah satu dedengkot KOMPAL saat tengah malam. Sttt...sengaja gak summon.

Bahkan 2 tahun yang lalu ia mengusulkan agar kumpulan kompasiner di Palembang disebut KOMPEK (Kompasianer Pempek), dan bergeser menjadi KOMPAL (Kompasianer Palembang), bukan merujuk pada kota tetapi mengacu pada bahasa Palembang.

Karena di Sumatera Selatan, terdapat ratusan dialek bahasa Ibu, tetapi semua orang wajib dapat berbahasa Melayu Palembang sebagai bahasa pemersatu terutama dalam perdagangan dari dulu hingga kini. Jadi Kompasianer Palembang menjadi kumpulan kompasianer yang merasa terikat dengan Palembang, ya setidaknya pernah suka dengan cita rasa pempeklah. Jadi siapa saja diperkenankan kok masuk ke KOMPAL yang lebih rame ngobrolnya di WAG.

Saya yang kelahiran Palembang, besar dan menetap di Palembang sehingga banyak kolega saya yang menyebut saya orang Palembang, meski secara suku hanya seperempat saya keturunan Sumatera Selatan, selebihnya berdarah jawa tetap wajib paham makanan ini.

Setidaknya ketika ada kolega yang datang dari luar kota Palembang dapat diajak makan pempek sesuai dengan selera.

Selera itu menjadi penting, bukan cuma dari jenisnya karena panganan pempek ini memang beraneka ragam bentuknya seperti lenjer ada yang ukuran besar dan kecil, yakni pempek yang berbentuk bulat panjang, ada yang menyebutnya kelesen. 

Ada juga pempek telur kerena memang isiannya telur, itu kalau ukurannya kecil, kalau isiannya hanya 1 butir telur utuh (baik telur ayam maupun itik) akan disebut pempek kapal selam.

Pempek| Dokumentasi pribadi
Pempek| Dokumentasi pribadi
Ada juga yang isiannya tumisan pepaya sehingga disebut pempek pistel, ada yang berbentuk seperti kerupuk sehingga disebut pempek kerupuk/keriting, di beberapa tempat makan dimodifikasi dan dimakan dengan kuah pindang, disebut pindang kerupuk (tetapi itu makanan variasi zaman now sih)

Ada pula varian lainnya, yang bentuknya bulat seperti bakso adonannya ada campuran santan sehingga lebih gurih yang digoreng langsung sehingga disebut pempek adaan atau diberi tahu jadi pempek tahu, maksudnya adonan pempek disatukan dengan sepotong tahu.

Sedangkan pempek favoritku adalah pempek kulit, warna hitam dengan tekstur renyah dan terbuat dari kulit ikan tenggiri dan mulai dimodifikasi menjadi pempek dengan tekstur crispy.

Itu variasi umumnya, belum lagi turunannya, jika dimakan dengan kuah sup bening namanya tekwan, kalau dibentuk dulu pempek besar dengan isian tahu atau telur disebut model.

Kuahnya santan berubah nama lagi, jika kuahnya kuning dengan bentuk kecil-kecil dengan cara dicubit-cubit itu namanya celimpungan,tetapi jika bentuknya dari pempek lenjer/kelesan yang dipotong-potong dan dimakan dengan kuah santan merah namanya laksan.

dengan berbagai variasi tersebut, masih ada juga yang berinovasi agar makanan ini dapat diterima oleh dunia internasional,salah satunya yangdapat ditemui di salah satu Cafe di kawasan Kampus Palembang, namanya pempek cordon bleu,serupa dengan pempek kapal selam tetapi isian diganti dengan daging dan keju mozzarella. Cara menikmatinya pun ada dua cara dengan cuko atau yang tidak menyukai pedas,bisa ala western nih dengan saus carbonara. Cukup unik.

Bagaimana cara membuat pempek sih,pengen sih mengulangnya dengan step-step yang lebih mudah dipahami. Tetapi food potographer-nya terlalu panjang agenda,jadi sampai sekarang belum terealisasi.

Tetapi, buat yang penasaran pengen coba resepnya bisa cek di sini dan varian lain dapat juga didapatkan di sini

Pempek itu standar harganya berapa sih? Itu pertanyaan yang paling , karena pempek punya kelas sendiri-sendiri. Mulai dari yang jualpakai sepeda (per 2000 rupiah dapet 3 biji) sampe 1 biji sepuluh ribu rupiah ada. Mana paling enak, itu kembali ke selera masing-masing. Ada teman yang diajak makan ke tempat yang harga pempeknya per biji Rp. 4000 dan Rp. 10.000 kuajak ke tempat yang harganya per biji Rp.1.500 (sekarang dusah Rp.2.000) eh malah lebih senang ke tempat yang harganya Rp. 2000 per biji mungkin karna variasinya gak kalah lengkap di sana, bahkan variasi pempek tunu (bakar/panggang),otak-otak dan lenggang yang segar pun tersedia.

Merek dagang, lokasi, maupun filosofi penjualan sangat berpengaruh pada harga. mau ketawa penjualan pempek itu juga ada filosofinya, ada kok. Ada yang memang niat untuk mendongkrak kerja-kerja UKM pengelolaan ikan jadi sengaja harganya rendah tetapi permintaan tinggi, sehingga dapat menutupi BEP.

Sering adayang tanya juga sih "ikan apa yang paling enak dijadikan pempek", itu kembali ke selera juga. Ada yang suka gurih banget ya maunya ikan tenggiri kualitas super yang harganya bisa mencapai Rp.150.000 per kg, atau ada juga yang maunya berbahan dasar ikan belido (yang jarang sekali saya temui di pasar tradisional), karena itu harganya mahal.

Sepanjang daging ikannya menyatu dengan tapioka,semua ikan bisa,bahkan patin, lele dan sepat pun bisa kok. Hanya saja warnanya gak putih. Saya pribadi lebih suka dengan olahan ikan gabus. teksturnya lembut pas, ditambah ikan ini pasti diolah secara segar sehingga risiko alergi protein pun sangat sedikit dibandingkan pempek ikan tenggiri.

Paling penting itu cuko-nya cara pembuatan, karena pempek itu ada juga yang dibuat tanpa ikan namanya pempek dos. Bahkan saya sering membuat pempek dari nasi, jadi full carbo, memanfaatkan lebihan nasi daripada dibuang mending dibuat sarapan. Caranya gampang kok, cukup blender nasi dengan air sampai halus lalu dimasak sampai jadi bubur, caampur dengan garam, tapioka, telur, dan bawang putih, lalu bentuk seperti membuat pempek. Selesai.

Ah....sudah jarang nulis kok malah cerita pempek sih? Sttt... santailah, jadinya ketahuan saya lagi keabisan ide dalam kondisi perut lapar, jadi ya... cerita makanan favorit aja. Banyak banget sih kuliner lain yang bisa dieksplorasi di Palembang, makanya "Peh... kito ke Plembang." (Ayo kita ke Palembang). Ada KOMPAL yang siap menyambut kalian, apalagi di Asian Games nanti, kita bisa bersama-sama coba LRT.

kompal-5ad599355e1373387a6dd712.jpg
kompal-5ad599355e1373387a6dd712.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun