Saat Tembok Itu Ambrol: Duka yang Menggema di Gontor Magelang
"Tragedi adalah pengingat keras bahwa keselamatan bukan sekadar kebutuhan, melainkan keharusan di setiap ruang pendidikan."
Oleh Karnita
Pendahuluan: Isyarat Duka dari Sebuah Musibah
Jumat pagi itu, 25 April 2025, menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan bagi keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 5 Darul Qiyam di Magelang, Jawa Tengah. Tanah longsor tiba-tiba menghantam pondasi kolam air yang berada di atas kamar mandi santri. Tembok kolam yang tebal dan panjang itu ambrol, menimpa puluhan santri yang sedang mandi atau menunggu giliran menjelang Shalat Jumat.
Seperti dilaporkan Kompas.com (26/04/2025), insiden tragis tersebut menewaskan empat santri dan melukai 25 lainnya. Evakuasi berlangsung selama 13 jam, di tengah kondisi sempit, gelap, dan beratnya fondasi yang menimpa area asrama. Dalam hitungan detik, tempat yang selama ini menjadi ruang bersuci dan bersiap diri itu berubah menjadi saksi bisu duka mendalam.
Musibah ini sontak mengguncang bukan hanya pihak pondok, tetapi juga masyarakat luas. Kementerian Agama menyampaikan duka mendalam dan menyerukan penguatan keamanan di pesantren-pesantren seluruh Indonesia. Tapi lebih dari itu, peristiwa ini seolah menampar kita semua---menghadirkan pertanyaan yang tak nyaman tapi perlu: sudahkah keselamatan menjadi perhatian utama di lembaga pendidikan kita?
1. Runtuhnya Pondasi, Runtuhnya Harapan
Tembok kolam yang ambrol itu bukan sekadar keruntuhan fisik, tapi juga simbol robohnya rasa aman di tempat yang seharusnya paling dijaga. Menurut Koordinator SAR Basarnas Borobudur, tembok tersebut memiliki ketebalan 50 cm, tinggi 3 meter, dan panjang 15 meter---cukup untuk meratakan apa pun yang ada di bawahnya.