Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sabung Ayam, Sabung Kuasa

10 April 2025   14:55 Diperbarui: 10 April 2025   14:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Sabung ayam di Way Kanan, Lampung (Ilustrasi menggunakan Meta AI)

Sabung Ayam, Sabung Kuasa

Oleh Karnita

1
 di tengah kampung yang tak tenang
 ayam disuruh bertarung
 darah muncrat ke sorak sorai
 di atas ring, bangkai jadi tontonan

2
 anak kecil menyusu di pinggir ring
 dengan pemandangan taji dan debu
 ibu bilang: "biar kuat nanti kalau besar"
 padahal yang tumbuh bukan nyali, tapi mati rasa

3
 bapak-bapak tertawa sambil nyulut rokok
 menatap bulu ayam lebih dalam dari nurani
 seperti menonton gladiator
 tapi tanpa sejarah, tanpa hormat

4
 katanya: ini hiburan rakyat
 padahal pesta taruhan tanpa belas kasih
 katanya: ini tradisi leluhur
 padahal warisan luka dan bunuh diri moral

5
 seragam berdiri di pojok ring
 bukan untuk membubarkan
 tapi ikut memilih: ayam merah atau ayam hitam
 seolah hukum bisa dilipat di saku celana

6
 peluru disimpan di laci meja
 bukan untuk membela
 tapi ditahan, karena ini “urusan adat”
 katanya: jangan ribut, ini biasa

7
 tiga polisi mati di Way Kanan
 bukan ditembak musuh negara
 tapi oleh sesama yang tak sepakat
 dalam rebutan setoran dan wilayah

8
 senjata dilempar ke rawa
 nurani ditinggal di jalan masuk
 “masih diselidiki,” kata mereka
 padahal pelatuk masih hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun