Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Money

Berhemat dengan Non Tunai

15 Desember 2016   22:49 Diperbarui: 15 Desember 2016   22:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rajin pangkal pandai,

Hemat pangkal kaya

Siapa yang tidak kenal dengan peribahasa yang satu ini? Peribahasa yang sudah didengungkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar yang mengajak kita untuk hidup hemat sedari masa kecil, juga peribahasa yang sama, yang ingin menanamkan kepada kita budaya hidup sederhana sejak dari kanak-kanak. Ya, hemat pangkal kaya.

Menyinggung kata hemat, ini berarti bagaimana cara seseorang untuk dapat mengatur ritme keuangannya. Bagaimana memilah-milah mana kebutuhan yang sifatnya wajib dan menahan diri dari hal-hal yang sifatnya pilihan. Ini semua bergantung dari pola hidup yang diterapkan oleh setiap orang dalam proses memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup, ini secara langsung membuat setiap orang terlibat aktif dalam melakukan kegiatan transaksi keuangan. Mungkin karena sudah terlalu sering dilakukan jadi kita tidak menyadari bahwa kita sudah berpartisipasi mendukung pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara. Tidak hanya sekedar transaksi besar seperti membeli barang-barang di mall, tapi juga transaksi-transaksi kecil seperti membeli makanan di kantin, membeli minuman di pinggir jalan atau bahkan sekedar saweran bareng teman-teman untuk membeli cemilan, itu sudah pasti melibatkan transaksi keuangan didalamnya. Dan masih banyak lagi contoh lain yang berhubungan dengan aktifitas jual beli tersebut.

Uang sebagai syarat terciptanya transaksi jual beli. Uang sudah menjadi hal yang harus dimiliki oleh semua orang. Uang memang bukan segalanya, tapi tidak dapat dipungkiri memang bahwa untuk menopang hidup, salah satu faktor yang dibutuhkan itu adalah uang. Dengan adanya uang sebagai alat tukarnya, maka setiap orang bisa membeli barang untuk mencukupkan kebutuhan hidupnya.

Transaksi keuangan yang kita lakukan setiap hari, itu akan menyebabkan terjadinya pergerakan uang dari satu orang ke orang yang lain, dari satu tangan berpindah ke tangan yang lain. Uang yang tadinya tersimpan dalam dompet itu akan berpindah ke tangan kasir, kemudian akan berpindah lagi ke tangan sopir angkot, lalu akan berpindah lagi ke tangan-tangan yang lainnya. Kondisi fisik uang, utamanya uang kertas, yang tadinya bersih tak bercela dan tersusun rapih dalam dompet, setelah mengalami perjalanan panjang, harus berakhir dengan babak belur dan tak jarang penuh dengan bercak tinta atau terkena parfum dari berbagai jenis aroma ikan, bahkan lebih anarkisnya lagi terdapat sobekan pada ujung-ujungnya dan entah potongan sobekan itu berada dimana.

Kondisi Uang Tidak Layak Edar (UTLE) karena lusuh atau cacat ini memang wajar terjadi mengingat perjalanan uang yang panjang tadi, maka lama-kelamaan semua uang yang beredar itu pada waktunya nanti akan lusuh juga dan tidak bisa digunakan sama sekali sehingga bisa mengakibatkan kelangkaan uang yang pada akhirnya dapat menimbulkan kekacauan di masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah memberikan mandat kepada Bank Indonesia (BI) untuk dapat mencetak dan mengedarkan Uang Layak Edar (ULE) serta menarik dan memusnahkan semua uang yang sudah rusak tersebut agar tetap terjadi keseimbangan. BI pun lalu mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat untuk dapat menukar UTLE dengan ULE tanpa dikenakan biaya. Tujuannya adalah untuk menjaga agar uang rupiah yang beredar itu dalam kualitas yang baik agar mudah dikenali ciri-ciri keasliannya sehingga membuat masyarakat nyaman dalam bertransaksi. Jadi, intinya BI akan mencetak uang baru dengan tiga alasan utama, yaitu:

1. Menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat jika uang kartal (uang yang sering kita simpan di dompet) sudah tidak mencukupi.

2. Menggantikan UTLE dengan ULE. Jadi jika kita mempunyai uang yang sudah lusuh, sobek atau kondisinya sudah memprihatinkan, kita bisa kok menukarnya dengan uang kertas yang baru di BI.

3. Menerbitkan jenis mata uang rupiah pecahan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun