Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesempatan Kedua

10 Agustus 2019   13:58 Diperbarui: 26 Agustus 2019   16:35 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena sudah mulai gelap, kami pun mencari tempat beristirahat yang datar dan aman untuk kami. Menu makan malam pun masih sama dengan menu tadi siang, hanya saja ada tambahan jamur rebus. Walaupun menunya sangat sederhana, namun tawa renyah kami malam ini mampu memberi rasa lain yang membuat kami tidak rela menyisakan makanan sedikitpun.

 Setelah kenyang, kami pun menyalakan api unggun lalu duduk disekelilingnya sambil memainkan beberapa permainan dan bernyanyi dengan diiringi gitar, dan setelah rahang kami puas tertawa, kami pun lalu memutuskan untuk beristirahat.

"Eh, tunggu dulu!" kata Rina tiba-tiba. "Sebelum tidur, tulis harapan kalian di atas kertas ini lalu buang ke dalam bara api unggun." lanjutnya sambil membagikan secarik kertas kepada setiap orang. Kuperhatikan wajah teman-temanku satu persatu. Ada yang menulis sambil tersenyum, ada yang berpikir keras sambil satu tangannya masuk ke dalam tas mencari-cari pulpen, ada yang mulutnya komat-kamit dan ada pula yang nyontek. Sungguh lucu melihat ekspresi mereka seperti itu.

Dikertas itu kutulis: "Tuhan, saya ingin mendapatkan kesempatan kedua bersama mereka. Suatu hari nanti saya ingin kembali lagi ketempat ini. Menyusuri kembali jalan setapak yang kami lalui tadi, menyanyikan lagu-lagu yang sama, menceritakan cerita yang sama, menyantap menu yang sama bahkan menatap wajah orang-orang yang sama seperti saat ini."

Kulipat kertas itu dan langsung membuangnya ke dalam bara api unggun yang sudah mulai meredup. Rupanya saya yang terakhir. Teman-temanku yang lain sudah dalam posisi masing-masing untuk mencari-cari tempat tidur yang nyaman sambil memegang sleeping bag. Ada yang saling berebutan tempat yang sama sambil dorong-dorongan dan ada juga yang jahil diam-diam memindahkan sleeping bag teman yang sedang pergi buang air kecil. Dari tempat dudukku, saya hanya bisa tersenyum memandang mereka.

Karena belum ngantuk, saya pun lalu merendam kaki di sungai kecil yang letaknya tidak jauh dari lokasi kami beristirahat. Wajah bulan yang bulat jelas sekali tergambar di atas air sungai yang sedang berlari. Begitu pula dengan puncak gunung yang ditutupi pepohonan yang daun-daunnya tiada lelah bergoyang mengikuti irama yang dibawa oleh angin.

Dari kejauhan keperhatikan sekali lagi wajah teman-temanku yang sedang tertidur pulas. Kutarik nafas dalam-dalam, kuingin alam ini bersahabat dengan aliran darahku. Tuhan.., betapa damainya hari ini. Betapa indahnya alam ciptaanMu. Merasakan lembutnya sentuhan alam dikeheningan malam dan mencium aroma persahabatan yang tercipta di sela-sela tidur mereka membuatku sadar akan satu hal. Sebenarnya bukan kesempatan kedualah yang saya butuhkan untuk bisa bersama-sama dengan mereka lagi.

Hidup itu seperti air yang sedang mengalir di atas sungai yang kecil ini. Dia akan terus mengalir ketempat lain tanpa bisa tahu apakah suatu hari nanti dia akan kembali mengalir di atas sungai yang kecil ini. Namun, satu hal yang akan diingatnya, bahwa dia tidak akan mungkin sampai di tempat tujuannya jikalau sungai yang kecil ini tidak membuka jalan baginya untuk mengalir.

Kuarahkan mataku ke langit diatasku. Teman itu seperti bintang dilangit, saya tidak akan selalu melihat mereka. Kadang mereka tertutup oleh awan, namun satu hal yang saya tahu, mereka ada diseberang sana mengingatku di dalam doanya. Yah.., itulah yang saya butuhkan dan yang harus saya lakukan. Mengingat mereka di dalam doaku. 

"Good night my friend. Have a nice dream!" Bisikku dalam hati sambil merebahkan diri diantara nyenyaknya tidur mereka.

Untuk semua teman-temanku

Untuk setiap inchi alam ciptaanNya

07 September 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun