Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dakon sang Lorong Waktu, a Time Tunnel 30

11 April 2017   22:07 Diperbarui: 12 April 2017   05:30 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sunaringsasi :” Maafkan aku paman, aku tidak ingin melukai, namun tidakada cara lain kecuali dengan cara ini karena paman memiliki ilmu kebal terhadapsenjata, tetapi paman tidak memiliki kebal terhadap tawa.”

Sepagi itu belum seberapa ramai orang melewati pasar Pahing Rojokoyo,melihat keadaan perkelaian yang baru saja terjadi, Sukro seorang jawara pasar yang kerjanya meminta paksa uang sekehendak hatinya kepada mereka yang menjual sapi, kambing atau kerbau dengan mengandalkan kekuatan tubuh dan ilmu kebalnya segera menghampiri dan merasa tertantang tanpa mempertimbangkan kenapa kesebelas prajurit tersebut mampu dikalahkan.

Sukro :” He siapa yang membuat onar di pasar ini, tidak mengenal dengan siapa aku ya.” Mendengar ocehan Sukro yang membuat telinga merah bagi yang mendengarkan, Boy Gatot dengan sudah siap dengan sarung tinjunya menghampiri seraya berkata :” He memangnya kamu siapa berani beraninya mengaku aku dirimu?”

Sukro :” Aku adalah keamanan pasar disini, setiap orang yang menjual sapi, kambing atau kerbau harus membayar uang jago kepadaku untung atau rugi aku tidak mau tahu. Kamu ingin menjual apa belum hari pasaran sudah datang?”

Boy Gatot :” Hahaha aku baru saja menawarkan beberapa sapi, sudah ada pembelinya, tinggal satu yang belum laku, ini Lutung.” Berkata demikian sambil menunjuk kearah Lutung, mendengar namanya disebut, Lutung melompat kedepan menyeringai menunjukkan taring yang tajam sambil mengeluarkan suara kekkkk...kekkk.

Sukro :” Bawa keramu yang jelek dari pasar ini, kera membuat pasar jadi sepi. Sana ayo pergi dan bayar sini beberapa perak setiap sapimu yang laku.”

Mendegar namanya disebut Lutung Jelek, lutung langsung meloncat kedepan Sukro sambil menyeringai lagi menunjukkan taringnya, tentu saja Sukro tidak mengira kalau lutung mengerti bahasa manusia. Sukro agak mundur sedikit, ngeri juga melihat taringnya yang tajam.

Boy Gatot :” Memangnya kamu bisa mengalahkan lutungku? Siapa yang sudi memberimu upeti untuk sapi sapiku yang laku terjual. Lutung minggir dulu, orang ini perlu mendapat pelajaran agar tidak semena mena menarik uang jago, nanti kalau terkapar lutung hitung sampai hitungan kesepuluh.” Lutung mengangguk angguk tanda mengerti.

Merasa direndahkan tentu saja Sukro marah, apalagi mau dihadapkan dengan Lutung dan diberi pelajaran, Sukro :” Nah kamu maju berdua dengan lutungmu biar aku sembelih lutungmya buat makanan anjing anjing Pasar Pon.”

Sukro sambil mengibas ibaskan pedangnya untuk mengalahkan Boy Gatot bersama
lutungnya. Melihat perkelaian yang tidak seimbang yang satu memakai sarung tinju
agar tidak melukai lawannya dan yang satu membawa golok, Dyah Sunaringsasi
mengambil kerikil memasukkan di antara genggaman tangannya antara telunjuk dan ibu jari, kemudian melontarkan dengan ibu jarinya tepat mengenai siku Sukro maka terlepaslah golok itu tanpa disadari, Sukro hanya mengira kebetulan saja kurang kuat memegangnya, namun Sukro tidak mengambil golok karena melihat lawannya membalut tangannya, balutan demikian tentu saja sangat asing bagi Sukro, sehingga Sukro memandang enteng lawannya.

Dengan gerakan cepat Sukro memukul kearah muka Boy Gatot, wusss...tetapi pulukan bisa dielakkan dengan memundurkan kepalanya sedikit saja sebagai gerakan menjaga jarak, melihat pukulannya dapat dielakkan dengan mudah, Sukro memukul dengan tangan kirinya secepat kilat, tetapi dapat dielakkan dengan meliukkan badannya sambil mengirim pukulan tepat ke muka Sukro. Walau
Sukro memiliki ilmu kebal terhadap senjata tajam tidak kebal terhadap pukulan
seorang petinju profesional, dukk...pukulan terasa sangat menyengat, panas dan
rasa tebal hinggap di mukanya. Dalam hatinya juga berpikir pukulan tidak seberapa
keras tetapi terasa panas sekali di muka, kini Sukro semakin bernafsu ingin segera
mengalahkan lawannya, maka sangat berhati hati dengan pukulan terarah
menyerang Boy Gatot, pukulan Sukro berkali kali tak satupun mampu menyentuh
muka Boy, karena dapat dielakkan dengan meliuk liukkan badannya seperti ketika
Joe Fraiser melawan Moh Ali tahun 1975 di Manila tempo dulu.
Pukulan beruntun Sukro tidak pernah mengenai sasaran tentu saja membuat Sukro banyak kehilangan tenaga, kesempatan ini digunakan oleh Boy untuk mengirimkan long hooknya tepat mengenahi muka Sukro, duuk ... tidak seberapa kuat, tetapi karena Sukro tidak terlatih untuk menahan pukulan petinju tentu sajagoyah dan roboh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun