Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Ghost Fleet", 2030 Indonesia Bubar vs "The Dakon, a Time Tunnel", 2060 Indonesia Makmur. 12

12 April 2018   18:41 Diperbarui: 12 April 2018   18:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

memang tidak ada SIM. Ternyata benar Om Eddy masuk ke kamar Boy Gatot dengan memberikan salam kemenangan, kemudian meminjam smartphone untuk dilihat kalau kalau ada SIM, kosong. Om Eddy tidak memiliki syak wasangka, karena Boy Gatot memang tidak pernah keluar dari sasana untuk keperluan, semua sudah tercukupi. Atau Om Eddy merasa curiga atas secarik kertas yang dimasukkan ke saku, tetapi Om Eddy tidak menanyakan kalau ada rasa curiga kepada Boy Gatot, itulah yang tergambar dalam pikiran Boy Gatot.
Setelah malam larut dirasa semua orang tertidur Boy Gatot segera mengirim SMS ke Sunaringsasi :" Keadaanku baik baik saja, sampaikan ke teman teman semua, bagaimana rencana selanjutnya menunggu kabar."
Sunaringsasi segera menjawab SMS :" Kalau sudah selesai delete semua SMS dan keluarkan kartu SIM, simpan baik baik, besuk jam seperti ini kita kontak lagi, sekarang sebaiknya Boy rehat, jaga kesehatan. Pesan aku teruskan ke semua teman. Tunggu perintah selanjutnya."
Setelah dipahami segera Boy Gatot mendelete SMS, mencabut kartu SIM dan menyembunyikan di lidah sepatu jogging dengan menempelkan doble tape tersebut agar tidak terlepas juga bertujuan kalau kalu Om Eddy memeriksa kamar tidak mungkin akan memeriksa sepatu sampai lidah lidahnya.

Tuntutan seorang kakak.
Rupanya apa yang ditawarkan oleh Taat Sumargono sebagai petugas BKSDA kepada kelompok Danu agar mereka tinggal di perumahan BKSDA di bilangan daerah Pasar Minggu tidak mendapat respon, padahal saat itu Sunaringsasi tidak menolak dan juga tidak menerima tetapi akan menghubungi.
Esuknya pagi pagi sekali setelah pertandingan partai tambahan usai, Taat Sumargono yang semalam hanya tertidur sekejab karena terlena, mengunjungi adiknya di Kawasan Tanah Tinggi; sebagai pemegang andil sasana tinju bersama sang adik tentu saja Taat Sumargono ingin tahu sejauh mana adiknya menjadikan Boy Gatot Prawata petinju andalan dan menguasainya, apalagi setelah semalam dikaitkan dengan secarik kertas timbul lagi syak wasangka atau curiga bahwa Boy Gatot cepat atau lambat pasti meninggalkan sasana walau Boy Gatot tidak pernah kelihatan memikirkan atas asal usul sepanjang dipenuhi keperluan utamanya adalah pelatihan tinju.
Taat Sudarmono :" Kangmas sepagi ini sudah datang, ada yang sangat perlu? Apa yang bisa aku bantu kangmas?"
Taat Sumargono :" Benar adi, kangmas ingin tahu bagaimana adi mampu menahan Boy Gatot setahun atau dua tahun kedepan untuk mengembalikan investasi kita, kita akan orbitkan Boy Gatot yang nampaknya lebih bagus dibanding dengan Boy Gamet."
Taat Sudarmono :" Oh jauh kakang perbedaan penguasaan petinju BGP yang sekarang ini dengan BGP yang sampai saat ini masih aku minta opnam, karena BGP yang sekarang ini tidak perduli dengan keluarga maka akan kita manfaatkan sebaik baiknya. Ia tidak neko neko sepanjang kebutuhannya terpenuhi terutama pelatihan yang memadai dan asupan makanan sesuai dengan takarannya. Belum pernah aku tahu ia minta ini itu, keluar saja kalau pagi berlari untuk meningkatkan staminanya, setelah itu sringen dan latihan ringan, latihan beban, latihan kecepatan pukulan."
Taat Sumargono :" Adikku coba amati copy KTP ini. apa yang adi bisa simpulkan."
Taat Sudarmono :" Jose Eko Darmawangsa, Dyah Sunaringsasi, Danu Subroto, Herman Jokolelono, Herlan Jokolelono dan Hambali Singadimeja. 6 copy KTP menurutku tidak ada yang aneh kakang. Biasa biasa saja."
Taat Sumargono :" Adi, coba perhatikan tanggal terbitnya semuanya sama tahunnya 2010, menurut data yang kakak scan saat keempat orang tersebut menunjukan KTP aslinya, ternyata mereka sudah berumur kisaran 71 tahun. Maka aku minta adi dapat menahan BGP sebisa bisanya agar pertandingan 3 bulan kedepan yang kita sudah terikat kontrak dapat terlaksana dengan baik."
Taat Sudarmono :" Terus apa hubungannya BGP dengan keenam orang orang ini?"
Taat Sumargono :" BGP adalah bagian dari orang orang ini, cepat atau lambat teman temannya pasti akan mengajak meninggalkan kita. Boy Gatot adalah bagian dari mereka yang sesungguhnya sedang mendaki Gunung Semeru karena sesuatu hal tersedot oleh Dakon Lorong Waktu terlembar ke tahun 2060 sambil mencari Herman, Herlan dan Hambali yang tersedot lebih awal untuk dibawa pulang. Adi Sudarmono juga jangan tanya dari mana aku mendapatkan info sedetail ini sampai copy KTP segala, ceritanya terlalu panjang untuk kakak beberkan. Adi juga tidak usah menanyakan tentang asal usulnya BGP supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Hanya aku minta anak buahmu mengawasi BGP agar tidak pergi juga mengawasi rumah Dinda untuk menyandera salah satu dari teman temannya agar mereka mereka tidak mengajak BGP kembali ke eranya, sementara BGP tidak akan pernah mencari mereka sepanjang adi penuhi kebutuhan dan keperluan pelatihannya, sementara kita dapat memenuhi kontrak pertandingan 3 bulan kedepan. Kontrak itu belum mencapai Break Even Point atau kembali pokok adikku."
Taat Sudarmono :" Ya kakang akan aku laksanakan permintaanmu."
Taat Sumargono :" Nah sekarang alat pelacak sudah aku pasang di mobil yang sewaktu waktu meninggalkan Jakarta, kita dapat mengawasi dari layar monitor, perintahkan anak buahmu menyandera salah satu dari mereka, mobil sekarang ini berada di lantai parkir Pasar Tanah Abang, aku tidak mengetahui mereka tinggal dimana, mereka memencarkan diri. Di mobil ini yang terlemah menurutku, ini yang harus kita sandera. Sementara yang kemungkinan di rumah Dinda, Jose dan Sunaringsasi sangat tangguh, mereka memiliki ilmu silat yang mampu menyedot tenaga lawan serta mampu melumpuhkan lawan dengan pukulan satu jari."
Taat Sudarsono :" Ya kangmas, 5 orang akan aku perintahkan menyandera salah satu dari Danu, Herman, Herlan dan Hambali grup yang terlemah. Sementara 3 orang akan aku perintahkan menyandera salah satu dari Jose atau Sunaringsasi. Nomor tilpun rumah Dinda akan mudah diketahui dari telepon operator atau bisa mencari dari Jelow Page yang paling up-date. Penyanderaan di rumah Dinda sangat speculatif, belum tentu Jose dan Sunaringsasi ada disana."
Taat Sumargono :" Benar adikku. BGP tidak perlu terlalu ketat diawasi cukup 3 orang, jangan sampai menimbulkan kecurigaan, BGP tidak akan pernah mencari teman temannya karena sifatnya memang demikian, BGP lebih mementingkan karier tinjunya dari pada mencari temannya. Yang penting dari salah satu temannya tersandera sebagai jaminan agar BGP bisa memenuhi Kontrak Pertandingan 3 bulan kedepan tanpa BGP mengetahui temannya tersandera. Jauhkan BGP dari dunia luar agar dapat berlatih effesien."
Taat Sudarmono :" Siap kakakku, akan aku laksanakan permintaan kakak. 3 Orang mengawasi BGP disini, Yang 5 orang menyergap kelompok terlemah dan 3 orang menyandera salah satu dari mereka yang tinggal di rumah Dinda, kedelapan orang ini aku serahkan stand by di daerah Pasar Minggu atas komando kakak."
Taat Sumargono :" Benar adikku, sewaktu waktu 8 orang tersebut siap dibawah perintahku."
Instruksi susulan
Walaupun Boy Gatot Prawata tidak pernah mau mencari sahabat sahabatnya karena sangat mementingkan karir tinju profesionalnya Boy Gatot sangat penurut kepada Danu Subroto juga Dyah Sunaringsasi sebagai sahabat sehingga hati kecilnyapun bertanya dimana sekarang mereka, tidak mungkin aku mencari mereka dan juga mereka tahu aku tidak akan mencari mereka.
Pagi hari setelah latihan ringan untuk mempertahankan staminanya, kemudian siang hari latihan beban, latihan kecepatan pukulan dan sringen, di sore hari sedikit rehat untuk melepaskan kepenatan sambil mendengarkan lagu lagu dari smartphone bututnya; malam hari seperti biasanya rehat mendengarkan musik sambil tiduran tanpa menutup pintu kamar memberi kesempatan kepada induk semangnya kalau kalau ingin mengecek smartphone bututnya seperti biasanya. Ternyata benar jam 22.00 Om Eddy sudah masuk ruangan sambil memberikan dorongan agar rajin berlatih untuk pertandingan tinju klas ringan 3 bulan kedepan.
Segera setelah dirasakan Om Eddy tidak akan masuk lagi ke kamar, pintu segera ditutup karena jam sudah menunjukan angka 00.00 berarti malam sudah larut, segera Boy Gatot memasang mickro SIM dan segera membaca pesan pendek.
Pesan Pendek :" Usahakan Jam 4.30 sudah ada di bawah patung Pembebasan Irian Barat, Danu menjemputmu. Ingat jangan Gagal."
Membaca pesan pendek dari Sunaringsasi tersebut Boy Gatot segera teringat akan kuliah yang ditinggalkan, ingat kepada teman teman saat mendaki Gunung Semeru selalu bersama dalam suka dan duka, kini harus terpisah tidak diketahui bagaimana kabar masing masing. Seseorang mampu menahan pukulan sesama petinju ternyata tidak mampu menahan haru hatinya, maka setetes air mata sempat meleleh membasahi pipinya, ingat temannya yang sudah susah mencari dirinya.
Kemudian menyusul pesan pendek :" Pesan lain agar didelete, pesan berikut ini jangan didelete untuk mengecoh konspirasi mereka."
Pesan Pendek :" Mobil sudah siap berangkat ke Surabaya pukul 5.00 tepat. Jangan Gagal."
Setelah semua pesan dibaca kemudian didelete kecuali pesan yang terakhir kemudian kartu mikro SIM dicabut, dalam hati Boy Gatot juga bertanya sudah sejauh itukah Sasi mengetahui konspirasi yang akan memanfaatkan dirinya, pasti ingin menguasai dirinya untuk kepentingan binis tinju yang sudah terikat dengan kontrak, sementara BGP sedang dirawat di Rumah Sakit yang tidak mungkin dimajukan dalam waktu dekat.
Tepat jam 4.00 pagi Boy Gatot sudah siap dengan pakaian training untuk olah raga lari pagi namun tidak menggunakan sepatu cat, tetapi menggunakan sepatu sandal Eiger ketika pertama kali dikenakan saat mendaki Gunung Semeru dan mengenakan TShirt Army Look Loreng Loreng; dengan pelan pelan keluar pintu samping rumah seperti biasanya agar tidak membangunkan tiga orang yang bertugas mengawasi. Mereka mengawasi tanpa diberi tahu untuk apa sehingga kurang waspada malahan tertidur semua, di samping mereka merasa iri karena Boy Gatot yang baru masuk sasana sudah dijadikan anak emas oleh Om Eddy.
Tidak berapa lama Boy Gatot berlari sudah mendekati Lapangan Banteng, kemudian berlari mengarah Patung Pembebasan Irian Barat, ternyata di sana sudah ada Danu yang menunggu yang juga menggunakan Tshirt Army Look Loreng Loreng dan sandal Eiger saat terlempar dahulu; kemudian saling berpelukan melepaskan kerinduan. Mereka berdua menuju kearah Jalan Katedral di dalam sudah menunggu Herman, Herlan dan Hambali. Setelah masuk kedalam mobil segera mobil tanpa awak menuju Kawasan Pondok Indah ke rumah Dinda.
Boy Gatot :" Danu kenapa sepagi ini jemputnya? Mengapa tidak pada hari yang lain?
Danu :" Semakin tertunda menjemputmu tentu pengawasan terhadap dirimu semakin diperketat, kita putuskan bersama untuk menjemputmu sepagi ini. Bersamaan dengan mobil yang terpakir hampir seminggu di Pasar Tabah Abang yang menurut keterangan petugas parkir akan diambil pemiliknya jam 5.00 pagi ini menuju Surabaya. Mobil tersebut sudah Hambali pasang alat pelacak yang dulu disematkan pada mobil kita. Ini untuk mengecoh orang orang yang akan menyandera di antara kita agar terpecah menjadi beberapa bagian untuk memperlemah kekuatannya. Mereka tentu terdiri dari para petinju sasanamu, tentu akan jatuh korban kalau kita berhadapan dengan para petinju. Kekuatan mereka pasti akan terbagi menjadi beberapa kelompok untuk memburu mobil ke Surabaya, kelompok untuk mencari rumah Dinda yang sekarang ini kita sedang menuju kesana, sementara alamat rumah juga diganti ke alamat lain untuk mengulur waktu dan kelompok untuk mengawasimu di sasana. Sementara waktu kita mudah mudahan cukup untuk kembali ke era kita sendiri 2010."
Boy Gatot :" Wah cukup jeli dan rumit perhitunganmu Danu, aku benar benar salut kepada kalian yang telah berusaha mencariku dengan susah payah. Sudah begitu masih sempat pula membawa 3 rekan yang tentunya adalah Herman, Herlan dan Hambali sungguh pekerjaan yang tidak gampang."
Danu :" Ya itulah gunanya teman sejati Boy. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana dan juga karena faktor keberuntungan saat menemukan ke tiga rekan kita ini, karena sandal Eiger yang sama." Demikian penjelasan Danu yang saat ini ketiga rekan mereka juga menggunakan sandal Eiger dan pakaian lapangan saat mendaki Gunung Semeru dulu yang baginya sandal Eiger merupakan petunjuk sebagai sandal keberuntungan untuk kembali ke eranya. Bersambung..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun